Jumat, 01 Maret 2013

Resensi Film: L'Enfant/The Child (2006)

Menonton film-film Palem Emas selalu sisakan sensasi lain yang lebih. Lebih persuasif supaya peka dengan isu-isu sosial. Umumnya seperti itu. Tak lainlah pengalaman itu saya dapatkan ketika menyaksikan L’enfant. Judul film ini sudah cukup membantu kita menebaknya tentang apa. Menjual bayi. Terkisahlah kisah kasih sepasang kekasih muda di negeri romantis (baca: Prancis). Mereka punya seorang bayi mungil polos yang baru berusia (kalau saya tidak silap) 9 hari. Keduanya hidup lepas, tak terkekang, hidup bebas laiknya impian bohemian.

Konflik menyibak tatkala si cowok, tanpa sepengetahuan si cewek, bertransaksi dengan “makelar” bayi. Mekanisme transaksional mereka berjalan secara “ilegal”. Kontak hanya melalui suara, sepakat untuk tanpa pernah saling berpandangan, tanpa melihat satu sama lain, antara si penjual dan si pembeli. Konflik-batin internal sudah mulai memanas beberapa saat sebelum si cowok menjual darah dagingnya sendiri. Konflik kian meruncing ketika si cewek diberitahu si cowok bahwa bayi mereka sudah “terjual”.

Mulai dari titik di mana penonton mengetahui isu sosial tentang apa yang diangkat oleh film ini, L’enfant bertindak sebagai artikel naratif-deskriptif. Tanpa bermaksud analitis, film ini mampu dengan kuatnya mengajak kita untuk berdiam sejenak. Mengamati fenomena yang ada. Perasaan prihatin, iba, jengkel, dan tanda tanya bercampur aduk. Efek dramatisasi dalam film ini memang tak sebegitu festivalnya, alias masih terendus aroma film model 3 babak meskipun hanya tipis. Oleh karenanya, film ini masih lumayan bisa dinikmati oleh audiens luas. [B+] 01/03/13   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar