Sekian banyak cerita terburai
terhembus angin begitu saja. Seolah sulit tuk menangkapnya. Anehnya, tak jarang
kesulitan itu tiba-tiba malah menagih kita di masa-masa yang selaiknya sudah
tak perlu lagi mengungkit. Adalah sebuah film Palem Emas Cannes arahan Michael
Haneke yang mampu membuat saya terkesiap dalam sikap sederhana. The White Ribbon merupakan penuturan
seorang guru tentang misteri tak terpecahkan di masa lalu yang membuatnya
penasaran selalu. Dengan bercerita, setidaknya, ia bisa merasa sedikit membagi
beban rasa tanda tanyanya.
Apa gerangan misteri itu?
Kalau saya ceritakan sepintas, mirip-mirip premis film horor. Di suatu
perkampungan di Jerman, terhunilah masyarakat yang awalnya baik-baik saja.
Sejak tragedi terjatuhnya seorang dokter satu-satunya di desa itu secara
terpelanting dari atas kuda karena kaki si kuda terjegal jebakan kawat tak
kasat mata yang melintang, satu per satu kartu-kartu bobrok milik warga desa
tersibak. Gambaran struktur desa di film ini lumayan genap, sebut saja: orang
paling tajir (ada!), pemimpin
spiritual (ada!), guru/intelektual independen (ada!), dokter/ahli kesehatan
(ada!), anak cacat (ada!), dll.
Dengan gaya penuturan yang
realis, Haneke menuntun saya mendalami hidup tiap karakter yang ia munculkan.
Sebagai tambahan, layar film ini monokrom (hitam-putih). Ini memperkuat aksen
set waktu peristiwa, yang terjawab di bagian akhir film. Gambar boleh saja
hitam dan putih, tapi tak sedemikian dengan karakterisasi dramanya. Bagi saya,
ini dia satu lagi film jawara yang menampilkan ketenangan mendalam sekaligus
misterius rahasia buatan aksi-aksi manusia. Entah kapan itu semua terjawab.
Sampai-sampai saya berpikiran, sebenarnya apakah saya memerlukan jawaban dari
setiap teka-teki atau tidak? Angin berhembus… [A] 26/03/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar