Senin, 11 Maret 2013

Resensi Film: Bir zamanlar Anadolu'da/Once Upon a Time in Anatolia (2011)

Saat sebuah film berjalan lelet, ada dua kemungkinan terbesar respons dari penonton: kesal-terus-meninggalkan atau mau sabar-setia mengikutinya hingga pungkasan guna mencari keutamaan film. Anatolia, bagi saya, masih bisa terkategorikan pada kelompok yang kedua. Rekaman gambar panorama menjadi menu-menu utama sinematografi film ini. Soroti laju 3 kendaraan melintasi kelokan-kelokan dataran berbukit tandus. Ekspedisi dimulai pada petang hari, ketika lampu sorot kendaraan sudah harus dinyalakan, berakhir pada siang keesokan harinya. Di tengah perjalanan, rombongan berisikan regu penyidik (jaksa, polisi, dokter, prajurit, dll.) ini sempat menginap di rumah seorang kepala rukun warga.

Yang mereka lakukan sepanjang perjalanan adalah mencari lokasi pasti TKP tindak kriminal dua orang yang tak kita kenal latar belakangnya. Tepatnya mencari lokasi di mana korban pembunuhan dikubur. Satu pelaku kriminal itu kurus, misterius dengan tampang yang masih bisa dilayakkan sebagai pelaku kriminal, sedangkan satu yang lainnya tambun tapi sama sekali paras dan perangainya tak mencerminkan aura penjahat. Kriminalitas apa yang sedang dikaji oleh film ini pun tak diurai sejak awal. Saya sempat bingung dan pasrah… Ada apa sebenarnya? Satu hal pasti yang jadi magnet di tengah kebingungan menghadapi keleletan film ini adalah sajian gambar-gambar apik. Meskipun banyak dialog berbasis kehidupan yang terlontar di antara anggota rombongan tersebut, saya tetap merasa bahwa terlalu kurang alamiah. Obrolan mereka terlampau filosofis.

Save the best for last, itu ungkapan tepat saya ajukan untuk film ini. Di paro akhir film, makin fokus pandangan saya. Film Turki ini memosisikan plot sebagai media penyampaian cerita saja. Padahal apa yang ingin ditampilkan, jauh lebih berbobot dan introspektif ketimbang sekadar teknis prosedur investigasi. Sebuah kenyinyiran. Nyiyir terhadap kelemahan-kelemahan manusia. [B+] 11/03/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar