Senin, 30 Juli 2012

Resensi Film: Nausicaa of the Valley of the Wind (1984)

Sampai saat ini belum ada film Hayao Miyazaki yang mengecewakan saya. Tapi, barangkali memang tak ada yang layak dikecewakan oleh siapapun. Nausicaa bercerita tentang kepahlawanan seorang gadis puteri raja dari suatu kerajaan damai-permai yang terletak di lembah. Keberlangsungan hidup bangsa mereka ditopang oleh keselarasan dengan alam, saling membutuhkan satu sama lain. Antara manusia dan alam (air, api, dsb), pun manusia dan makhluk lainnya. Kisahnya terjadi, kalau saya tidak salah ingat, seribu tahun setelah kejayaan masa industrial berlangsung. Kondisi alam memprihatinkan. Daratan bumi bisa dibilang sekarat. Keadaan ini diperparah lagi dengan bentrok antarkerajaan, yang mana mereka saling bersitegang memainkan cara masing-masing supaya mampu bertahan hidup. Mereka serang kerajaan lain, mengumpankan atau mengorbankan kedamaian kerajaan lain, dsb.

Bagi yang tak terlalu menyukai sensasi-sensasi fantasi yang imajinatif, mungkin saja karya Hayao Miyazaki bisa membuat eneg di awal karena banyak sekali karakter makhluk (flora-fauna) digambarkan secara aneh bahkan “menjijikkan”. Namun di luar itu semua, karya Hayao selalu menitipkan wejangan moralistik dalam bentang plot visioner. Kalau Anda rajin menyimak alunan musik pengiring film-film Hayao, pasti selalu disuguhkan dendangan khas kanak-kanak. Begitu tulus, polos, dan menentramkan.

Memang tidak ada klimaks menohok yang ditampilkan. Hanya saja, begitupun sebuah karya sinematik bisa berkata banyak. Setelah menonton karya-karya Hayao Miyazaki, saya selalu dingatkan kembali atas kepedulian. Mungkin inilah prioritas yang tercitra dari karya-karya Hayao Miyazaki. Porsinya sangat dominan. Kalau untuk unsur persahabatan saya lebih condong memilih karya-karya pabrikan Pixar. Nausicaa, tetap punya cap jaminan mutu kelas wahid dari Hayao Miyazaki. [B+] 29/07/12

Senin, 09 Juli 2012

Resensi Film: Arisan! 2 (2011)

Ya seperti inilah jadinya bila sebuah film ditangani punggawa berniat, berbekal ilmu, mau riset, dan menaruh perhatian pada problema sosial. Entah berapa tahun lalu saya menonton Arisan! (seri orisinil), mungkin lebih dari lima tahun, dengan menyisakan kerut dahi karena saat itu yang saya cari hanyalah film-film pembelai rasa bukan pemancing telaah. Waktu itu, saya malah berpikiran gambaran kehidupan sosialita yang dipaparkan cenderung hiperbolis. Namun setelah saya sempat merantau lebih dari 2 tahun, utamanya di ibukota, saya baru maklum dengan penggambaran itu. Ternyata saya mendekam terlalu nyaman dan naïf dalam tempurung.

Sekuel Arisan! ini masih setia dengan karakter dan pemeran aslinya. Salut! Masih pula mengaduk-aduk dinamika kehidupan Memei, Andien, Lita, Sakti-dan Nino. Sebuah sekuel hampir kurang afdal kan jika tanpa tambahan karakter (baru). Tenang saja, Arisan! 2 tahu betul itu. Dan sang strada cukup pandai kok membubuhkannya. Saya sengaja tak terlalu bernafsu mengumbar sinopsis film ini karena pengembangannya lebih seru dinikmati. Yang jelas pada awal film kita sudah diceritakan Memei bahwa ia sedang mengambil hidup yang tenang, pasangan maho Sakti-Nino telah berpisah dan masing-masing punya gandengan baru, Lita punya anak di luar ikatan pernikahan, dan Andien tetap menjanda sambil membesarkan kedua puterinya.

Tahu film ini tak lama tayang di layar bioskop membuat saya sempat berpikiran apa kualitasnya kurangkah? Tapi setelah menikmati film ini, saya berpikir bahwa (lagi-lagi) selera pasar tak bisa 100% diikuti. Lalu saya coba menerka karena apa gaungnya kurang. Sampailah saya pada satu hipotesis, yah mungkin saja karena momentum, jarak sekuel ini terlalu lama diproduksi sehingga penontonnya pun berbeda generasi.

Arisan! 2, selebrasi hangat dari sebuah reuni hebat. Ia kuliahan banget, kayak mahasiswa/i penyuka novel ala Dee pun bisa ngocol abis ala stand up comedian. Padahal saya sudah hampir lupa dulu keseluruhan ceritanya kayak mana, tapi ikatan emosional mereka tetap kencang. Faktor itu makin lengkap didukung penuh dengan plot yang “move on”. Pokoknya, sip! [B+] 08/07/12

Kamis, 05 Juli 2012

Coretan: MULAS

Sedikit-sedikit kulihat jam
Tergopoh-gopoh
Ini semua gara-gara kesiangan
Sial!

Kukendarai motor ke kantor
Tak seperti biasanya
Berasa kesetanan
Hus!

Lampu merah…
Engkau momokku saat ini
Kenapa selalu merah nyalamu
Hadeh!

Andai saja,
Aku tak kesiangan
Kubayangkan,
Jalan ini lega

Sampai di kantor
Tak ada yang peduli
Telatan-telatan lainnya banyak
Oh!

[Sleman/05072012]