Ia datangi rumah dari pintu ke
pintu, menyapa setiap orang sebegitu ramah dan hangatnya. Di dalam keluarganya,
ia idola siapapun. Seorang ibu yang perhatian, isteri yang setia, warga
penolong. Siapa yang sangka, dalam suatu perayaan-kecil acara keluarga di ruang
makan tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seregu polisi yang sedang mencari
Vera Drake. Iya, benar itu memang nama dia. Ada kesalahan apa gerangan? Semua
orang yang ada di rumah itu tercengang, penasaran. Perasaan mereka membuncah.
Setelah sekian lama Vera Drake
sukses menutupi praktik aborsi-ilegal panggilannya, pada akhirnya terbongkar juga
gara-gara seorang pasien mengalami sakit yang hampir berujung pada kematian.
Itulah sebab mengapa polisi mencari dan menangkapnya. Apa yang saya tulis
sebagai sinopsis ini bukanlah membongkar segala plot film. Tenang saja. Itu
baru awal… Film ini benar-benar drama tentang dua sisi cerita. Si strada, Mike
Leigh, sangat berhati-hati dan secara brilian bersikap obyektif. Ditandai
dengan meskipun ibundanya seorang bidan, namun Leigh tak ingin bersikap
menyalahkan secara hitam-putih pihak manapun. Bahkan dalam film ini saya tak
merasa ada pembahasan berkepanjangan tentang salah-benarnya aborsi.
Saya mulai kenal strada yang
satu ini sejak Happy-Go-Lucky kemudian
diikuti Another Year dan sempat
membaca keunikan dirinya lewat tulisan resensi Leila S. Chudori di Majalah Tempo. Ia dikenal sebagai strada yang
membuka diri pengembangan karakter lewat diskusi dengan para pemerannya.
Pendalaman karakter memang selalu menjadi kehebatan film-filmnya. Dengan tema
yang sederhana dan tak bombastis ala Holiwut, karya Leigh selalu punya daya
tarik tersendiri. Imelda Staunton menjadi bukti utama pendalaman karakter dalam
film ini. Perannya sangat memukau. Transisi ekspresi, terutama ketika ia mulai
ditangkap polisi, terasa begitu meyakinkan. Dari yang tadinya cerah tanpa beban
menjadi syok, risau penuh penyesalan.
Drama-drama Inggris memang
umumnya terkesan kolokial, film ini pun begitu. Justru hal ini menuntun kita
pada efek simpati yang lebih awet. Terbeber di dalamnya sudut pandang dari
banyak pihak. Proses menyalah-benarkan itu satu hal, namun proses mendengar dan
menyelaminya itu lain perkara. Di sini obrolan Oprah berasa amatir. Saya terkesan
benar pada adegan terakhir dalam film, yang mana itu sangat mewakili diri saya
ketika merampungkan film ini. [A-] 17/03/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar