Satu dinasti keluarga kaya di
Italia sedang goyah. Khas kisah-kisah novel drama dewasa yang sering kita lihat
di rak pamer Gramedia. Gambar sampul novel-novel itu biasanya berupa ilustrasi
lukisan. Tak jarang pula di antaranya yang menggugah secara sensual. Bagi saya,
seperti itulah plot yang sedang difilmkan I
am Love. Sebuah film berbahasa Italia, yang bagi saya cukup menggairahkan.
Apalagi dengan penggalan-penggalan adegan seks yang sempat memancing berahi
saya.
Uang (harta kekayaan) tak bisa
mengendalikan segalanya. Seseorang-baru masuk dalam sebuah keluarga besar itu.
Ia, yang merupakan teman si tuan muda dan ahli memasak, masuk pada saat yang
tepat. Di saat si nyonya sudah lama menjadi seorang isteri sekaligus ibu yang
berpura-pura bahagia dan segalanya berjalan normal. Saat si nyonya cicipi
masakan si orang baru ini, dirinya terbakar meleleh. Ia mengalami orgasme
kuliner atas kelezatan masakan si orang baru. Ternyata tak hanya masakan yang
membuat si nyonya tergoda. Jiwa raganya pun bertekuk lutut pada si orang baru.
Perselingkuhan pun dimulai…
Bagi saya, tak ada yang baru
dan spesial dari cerita film ini. Yang paling mencuri perhatian saya adalah
penyuntingan gambarnya yang kasar—dikawani orkestrasi musik bernada khawatir
terselubung—seolah disengaja guna timbulkan nuansa emosi bergejolak. Plot film,
menurut saya, bersifat sekuler dan egois. Miskin perspektif transendental. Bagi
Anda yang inginkan film dengan sentuhan-sentuhan spiritual, tak usah menonton
film ini. Anehnya, walaupun terbilang biasa saja namun saya tak bisa tinggalkan
film ini begitu saja. Saya tak rela jika tak merampungkannya. [B] 17/03/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar