Jumat, 15 Maret 2013

Resensi Film: American History X (1998)

Saya terbilang sangat telat menonton film ini. Gara-gara sempat baca artikel tentang daftar entry yang diabaikan oleh Oscar, ada satu nomine yang sedang dibahas menyerempet film ini yakni gagalnya Edwarn Norton diganjar Oscar untuk kategori pemeran utama pria paling berprestasi. Oke, jadi… Niat utama saya menonton film ini adalah menengok akting Mas Norton.

Apa yang saya dapat setelah menonton film ini bukan lain merupakan bonus. Bukan hanya kualitas permainan akting dari Mas Norton yang empat jempol, tapi film ini memberi sesuatu. Ia ibarat pemakalah sedang membawakan presentasi secara meyakinkan. Bertopikkan korelasi antara kebencian dan sifat alamiah/fitrah manusia, lewat kejadian friksi rasial kental problema sosial masyarakat USA.

Film ini membilah tegas penceritaan kejadian sekarang dengan masa lampau lewat warna sebagai garis demarkasinya. Monokrom (hitam-putih) untuk kejadian lampau. Lalu apa itu American History X? Ia merupakan proyek sekolah yang diberikan oleh kepala sekolah ke seorang murid-bermasalahnya. Berbentuk sebuah karya tulis hasil observasi si murid atas sepak terjang kakaknya. Si murid terbilang cemerlang secara intelektual, namun sikap dan perilakunya makin mengkhawatirkan. Ia mulai mewarisi sifat sang kakak yang rasis. Sang kakak yang berbadan atletis dengan tato simbol swastika (NAZI) di dada sebelah kiri dan diperankan oleh Mas Norton ini sedang dipenjara karena sebuah tindak kriminal--yang direkonstruksi pada babak awal film.

Sejak awal film, saya pikir film ini mau tampil beda… tapi harapan saya kandas di tengah jalan. Bukan tak nyaman dinikmati, namun film ini sedikit inkonsisten, terutama dari segi plot. Paro awal, berjalan cukup bebas bin liar. Paro akhir, sangat formulaik. Pesan moralnya yang luar biasa disampaikan cukup mulus, meski bisa dirasa sedikit mendikte. Walaupun beberapa adegannya vulgar, secara amanat History X masih saya bilang layak terkategorikan sebagai film keluarga. [B+] 15/03/13

1 komentar: