Saya terbilang sangat telat
menonton film ini. Gara-gara sempat baca artikel tentang daftar entry yang diabaikan oleh Oscar, ada
satu nomine yang sedang dibahas menyerempet film ini yakni gagalnya Edwarn
Norton diganjar Oscar untuk kategori pemeran utama pria paling berprestasi. Oke,
jadi… Niat utama saya menonton film ini adalah menengok akting Mas Norton.
Apa yang saya dapat setelah
menonton film ini bukan lain merupakan bonus. Bukan hanya kualitas permainan
akting dari Mas Norton yang empat jempol, tapi film ini memberi
sesuatu. Ia ibarat pemakalah sedang membawakan presentasi secara meyakinkan.
Bertopikkan korelasi antara kebencian dan sifat alamiah/fitrah manusia, lewat
kejadian friksi rasial kental problema sosial masyarakat USA.
Film ini membilah tegas
penceritaan kejadian sekarang dengan masa lampau lewat warna sebagai garis demarkasinya. Monokrom (hitam-putih) untuk kejadian lampau. Lalu apa itu
American History X? Ia merupakan proyek sekolah yang diberikan oleh kepala sekolah ke seorang murid-bermasalahnya. Berbentuk sebuah karya tulis
hasil observasi si murid atas sepak terjang kakaknya. Si murid terbilang
cemerlang secara intelektual, namun sikap dan perilakunya makin mengkhawatirkan. Ia mulai mewarisi sifat sang kakak yang rasis. Sang kakak yang berbadan
atletis dengan tato simbol swastika (NAZI) di dada sebelah kiri dan diperankan
oleh Mas Norton ini sedang dipenjara karena sebuah tindak kriminal--yang direkonstruksi pada babak awal film.
Sejak awal film, saya pikir
film ini mau tampil beda… tapi harapan saya kandas di tengah jalan. Bukan tak
nyaman dinikmati, namun film ini sedikit inkonsisten, terutama dari segi plot.
Paro awal, berjalan cukup bebas bin liar. Paro akhir, sangat formulaik. Pesan moralnya yang
luar biasa disampaikan cukup mulus, meski bisa dirasa sedikit mendikte. Walaupun
beberapa adegannya vulgar, secara amanat History X masih saya bilang layak terkategorikan sebagai film
keluarga. [B+] 15/03/13
swastika BUKAN nazi
BalasHapushati-hati!