Jumat, 08 Maret 2013

Resensi Film: Lore (2012)

Sudah disangka-sangka kalau di luar sana masih berjuta-juta bahkan lebih cerita berlatar era rezim NAZI bisa dikreasikan. Film yang saya tonton kali ini termasuk salah satunya. Diangkat dari sebuah buku, menceritakan satu keluarga pro-NAZI yang ketar-ketir di jelang pengujung akhir berkuasanya si Fuhrer. Si ayah seorang anggota militer pemerintah, sedangkan si Ibu pendukung setia NAZI. Anak-anak mereka masih kecil, belum begitu paham betul dengan apa yang sedang terjadi dan bergolak. Mereka terdiri dari 5 bersaudara: 2 cewek, 3 cowok.

Konsentrasi utama film ini ada pada petualangan hijrah si 5 bersaudara (orang tua mereka tereksekusi tanpa detail) ini ke tempat yang lebih aman, hingga berujung ke rumah nenek mereka nun jauh di luar kota. Pada saat itu, zaman sedang depresi. Semua orang butuh penghidupan, terserah berbentuk apa. Uang, barteran, atau jasa merupakan suatu keniscayaan. Kemurahan hati tanpa pamrih merupakan suatu kemustahilan. Negeri Jerman terbelah-belah menjadi wilayah kekuasaan (kalau tidak keliru): Rusia, UK, dan USA. Virus balas dendam atas kekejaman Hitler dan kecurigaan ada di mana-mana.

Yang saya ceritakan di atas tak senaratif filmnya. Di film, kita disuguhi eksplorasi sinematrogafis yang teramat deskriptif. Mulai dari pemilihan warna, kontur dan kelembutannya, sampai dengan sudut-sudut pengambilan gambarnya yang dinamis. Benang merah yang memperhalus plot film ini adalah tarik-menarik sensualitas. Terdapat plot jalinan kontak batin yang misterius antara kakak cewek sulung dan seorang pemuda asing di tengah perjalanan mengungsi. Apakah ia bisa dipercaya atau tidak? Kenapa si pemuda seolah-olah mengikuti terus rombongan si 5 bersaudara?

Nuansa depresif dan erotis sukses besar terbangun dalam film ini. Keseringan menonton film ala Holiwut membuat saya tersegarkan oleh film semacam ini. [B+] 08/03/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar