Sudah disangka-sangka kalau di
luar sana masih berjuta-juta bahkan lebih cerita berlatar era rezim NAZI bisa
dikreasikan. Film yang saya tonton kali ini termasuk salah satunya. Diangkat
dari sebuah buku, menceritakan satu keluarga pro-NAZI yang ketar-ketir di
jelang pengujung akhir berkuasanya si Fuhrer. Si ayah seorang anggota militer
pemerintah, sedangkan si Ibu pendukung setia NAZI. Anak-anak mereka masih
kecil, belum begitu paham betul dengan apa yang sedang terjadi dan bergolak.
Mereka terdiri dari 5 bersaudara: 2 cewek, 3 cowok.
Konsentrasi utama film ini ada
pada petualangan hijrah si 5 bersaudara (orang tua mereka tereksekusi tanpa
detail) ini ke tempat yang lebih aman, hingga berujung ke rumah nenek mereka nun
jauh di luar kota. Pada saat itu, zaman sedang depresi. Semua orang butuh
penghidupan, terserah berbentuk apa. Uang, barteran, atau jasa merupakan suatu keniscayaan.
Kemurahan hati tanpa pamrih merupakan suatu kemustahilan. Negeri Jerman
terbelah-belah menjadi wilayah kekuasaan (kalau tidak keliru): Rusia, UK, dan
USA. Virus balas dendam atas kekejaman Hitler dan kecurigaan ada di mana-mana.
Yang saya ceritakan di atas tak
senaratif filmnya. Di film, kita disuguhi eksplorasi sinematrogafis yang
teramat deskriptif. Mulai dari pemilihan warna, kontur dan kelembutannya,
sampai dengan sudut-sudut pengambilan gambarnya yang dinamis. Benang merah yang
memperhalus plot film ini adalah tarik-menarik sensualitas. Terdapat plot jalinan
kontak batin yang misterius antara kakak cewek sulung dan seorang pemuda asing
di tengah perjalanan mengungsi. Apakah ia bisa dipercaya atau tidak? Kenapa si
pemuda seolah-olah mengikuti terus rombongan si 5 bersaudara?
Nuansa depresif dan erotis
sukses besar terbangun dalam film ini. Keseringan menonton film ala Holiwut
membuat saya tersegarkan oleh film semacam ini. [B+] 08/03/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar