Rabu, 13 Maret 2013

Resensi Film: The Mill & The Cross (2011)

Untuk pertama kalinya saya menonton film yang terinspirasi dari sebuah lukisan. Dibuatnya kisah ala The Passion of the Christ menjadi panggung-diorama hidup. Maaf, secara plot saya butuh baca katalognya. Menonton film ini seperti menghadiri galeri seni lukis. Bagi saya yang kurang memahami ilmu seni secara teoretik, The Mill sama sekali bukan tontonan-bioskop komersial yang layak. Ia lebih baik dipamerkan di galeri seni, menjadi koleksi perpustakaan, atau koleksi rumah-rumah sinematik sebagai referensi rujukan penyutradaraan kreatif. Bobot keilmuan di luar plotnya sungguh kaya. Mulai dari akting yang khas teatrikal, sampai dengan desain produksinya yang nyentrik. Bagi saya, selaku penikmat film yang menaruh perhatian pada aspek cerita secara tinggi-tinggi, The Mill membiarkan saya terlantar kelaparan. [C] 12/03/13   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar