Untuk pertama kalinya saya
menonton film yang terinspirasi dari sebuah lukisan. Dibuatnya kisah ala The Passion of the Christ menjadi
panggung-diorama hidup. Maaf, secara plot saya butuh baca katalognya. Menonton
film ini seperti menghadiri galeri seni lukis. Bagi saya yang kurang memahami
ilmu seni secara teoretik, The Mill sama
sekali bukan tontonan-bioskop komersial yang layak. Ia lebih baik dipamerkan di
galeri seni, menjadi koleksi perpustakaan, atau koleksi rumah-rumah sinematik
sebagai referensi rujukan penyutradaraan kreatif. Bobot keilmuan di luar
plotnya sungguh kaya. Mulai dari akting yang khas teatrikal, sampai dengan
desain produksinya yang nyentrik. Bagi saya, selaku penikmat film yang menaruh
perhatian pada aspek cerita secara tinggi-tinggi, The Mill membiarkan saya terlantar kelaparan. [C] 12/03/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar