Film dibuka dengan montase
nostalgia atas Oslo milik beberapa orang. Semua punya pengalaman dan memori
masing-masing. Setelah kumpulan testimoni ini selesai, kita dihadapkan pada
satu karakter pria beremosi datar beranjak dari kasurnya yang mana terbaring
seorang “teman tidur” di atasnya. Ia berjalan ke luar, menyeberangi jalanan protokol,
menembus hutan kota, berhenti di tepian sungai… Ia bawa sebongkah batu besar
bersamanya menuju ke tengah sungai. Tahu kan apa maksud si pria ini? Ia berniat
bunuh diri! Ia tenggelamkan dirinya… Perlahan gelembung-gelembung nafasnya tak
muncul lagi di permukaan air sungai berwarna coklat. Tiba-tiba, ia menyeruak
kembali di atas permukaan sambil setengah tersedak melancarkan pernafasan.
Drama berat sudah menjadi
sinyal sejak awal film bergulir. Begitupun konstan adanya ketika memasuki
adegan-adegan berikutnya. Kisahnya singkat. Film tentang 1 hari bersama pecandu
NAPZA yang lagi bersih dan sedang cuti dari panti rehabilitasi. Ia berkunjung
ke kota. Menapaki Oslo tanpa arah meski ada wawancara kerja yang masuk dalam agendanya.
Sambil lalu, kita diajak menyulam masa lalunya. Bagaimana latar belakang
hidupnya dan apa yang membuat ia bisa seperti sekarang. Sebuah pilihan skrip
dan sinematografi deskriptif yang cerdas.
Di sini kita melihat lebih
dekat seorang pecandu yang kemana-mana susah mencari tempat yang pas. Ia
cari-cari simpati, sembari cari-cari alasan tuk bertahan hidup. It was beautifully depicted. Sebenarnya
saya susah untuk berempati kepada si pria ini, tapi Oslo membuat saya bisa begitu. [B+] 05/03/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar