Sabtu, 28 Januari 2012

Resensi Film: Easy A (2010)

Mengapa komedi mengesankan selalu susah dicari belum tentu karena kekeliruan produsen melainkan bisa jadi karena faktor audiens pula yang menuntut terlalu lebih alih-alih tak mudah terpuaskan. Saya pernah dengar cerita dari teman berprofesi sebagai komedian, yakni ketika ia mentas di suatu tempat (agak formal) yang mana waktu itu hampir setiap manuver guyonannya tak digubris. Tak ada yang tertawa! Sampai-sampai seolah ia mau mengembalikan saja honornya ke pihak panitia. Bagi dia, sebagai seorang komedian kejadian itu sangat memalukan tak termaafkan.

Easy A juga mau menjadi film komedi. Tepatnya drama komedi remaja. Memang sih dalam rentang 1,5 jam saya tak tertawa. Hampir-hampir seperti kejadian teman saya di atas, mungkin. Taruhlah saya sebagai salah satu audiensnya. Tapi saya pikir-pikir, ya bukan karena kurang lucunya si film namun lebih ke kurang menikmati bin kompromistisnya saya. Easy A bercerita tentang seorang siswi SMU-favorit yang tak terkenal dan coba peruntungan di persimpangan antara mau mengikuti (baca: memuaskan) apa mau publik—dalam hal ini civitas sekolah—supaya dikenal atau tetap menjadi diri sendiri dengan konsekuensi terlupakan alias dianggap tak eksis.

Desain produksi Easy A menyegarkan. Saya suka layout opening serta closing title-nya. Kreativitas Hollywood banget yang kosmetik tapi tetap usaha menawarkan sisi teknikal artistik. Kelebihan utama film ini terletak pada upayanya mengangkat tema yang selalu relevan dengan kehidupan muda/i Paman Sam. Dalam beberapa sudut, bisa dikontekstualisasikan dengan kebudayaan galau di Bumi Pertiwi (ceileee….). Easy A membangkitkan kembali “Juno” dalam keadaan yang lebih ringan, rapi, tapi tetap monologis. Ia agak berbeda kategori terhadap seri “American Pie”, karena tak terlalu bombastis dan tak multikarakter-sentris. Senyum-senyum dikit cukuplah… [B-] 28/01/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar