Jumat, 06 Januari 2012

Resensi Film: Driving Miss Daisy (1989)

Kangen menonton film klasik santai bak di atas ayunan, menjilati es krim lembut vanilla McDonald’s, atau mengayuh sepeda ria? Coba Anda tonton Driving Miss Daisy. Sebuah film adaptasi drama panggung tentang komunikasi antara majikan jompo Yahudi dan sopir tua negro yang berujung pada persahabatan menentramkan. Memang, ini film jadul tapi masih sangat nyaman ditonton dengan warna kekuningan khas kisah tempo doeloe.

Si majikan terkenal keras kepala, pelit-perhitungan, kaku, semua dalam satu wadah kata “menjengkelkan”. Bahkan putera kandungnya sendiri mengamini karakter bundanya itu. Setelah kejadian salah masuk gigi mobil ketika sang Ibu menyopiri sendiri yang berakhir dengan sebuah kecelakaan menggelikan, si anak mencari sopir yang telaten dan sabar meladeni bundanya. Muncullah karakter brilian sopir negro yang diperankan oleh Morgan Freeman.

Interaksi si majikan rewel dengan sopir banyak omong ini melahirkan pengalaman cukup fantastis dengan segala kejutan kecil manisnya. Beberapa kejadian mengundang tawa yang benar-benar timbul pada saat yang tak diharapkan. Sekalipun adegan-adegan yang ada di dalamnya merupakan potret kejadian kecil dalam keseharian, namun justru itulah yang membuat Driving mengasyikkan. Kadang seperti kita berada dalam percakapan keluarga sendiri. Tahu sendiri kan, pasti dalam sebuah keluarga besar ada yang jadi bulan-bulanan bahan gossip atau figure idola.

Sentuhan personal intim dalam film ini (lagi-lagi) memigura persahabatan tulus antaranak manusia berbeda latar belakang secara indah dan jujur. It’ll left us feel sorry even sad about any primordial frictions have happened. [B+] 06/01/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar