Hingga
pada suatu ketika, saya dengar single
lagu tema yang dinyanyikan Maudy Ayunda lewat salah satu stasiun
radio swasta. Saya seketika terpikat. Baru sejak itu saya mulai
tertarik menonton filmnya. Ini sebuah karya novelis muda berbakat Dee
yang diadaptasi ke layar lebar oleh strada konsisten Hanung
Bramantyo. Tadinya saya sempat ragu, akankah ia nanti terjebak pada
adegan serba sok-sokan macam yang saya rasakan dalam Gie.
Mas Hanung hampir selalu sukses menyederhanakan kerumitan. Itu
kehebatannya. Dan sentuhan ala midasnya lagi-lagi terbukti di Perahu
Kertas 1.
Kisah
Perahu berkutat
pada tema persahabatan dan cinta di kalangan remaja sadar ilmu. Sudut
pandang berasal dari salah seorang warga geng-karib bernama Pura-Pura
Ninja. Ia mahasiswi yang ria, penuh fantasi, dan suka dongeng serta
sastra. Punya pacar, tapi agak lurus. Petualangan keluar kandang
pertamanya dari Jakarta ke Bandung untuk kuliah, membawa sejuta
dinamika kisah pertemanan dan romansanya.
Sebagai
bukan pembaca novelnya, pemilihan pemeran di semua lini saya rasa
sudah cukup pas. Mungkin jika kita bertemu dengan para pembaca versi
novelnya akan banyak opini yang terlontar. Musik akustik iringannya
mengalir membuat penonton terbawa suasana. Penyuntingan gambar dalam
beberapa adegan kurang rapi, meski tak memengaruhi secara signifikan
terhadap keutuhan plot.
Setelah
saya menonton Perahu 1,
saya merasa janggal tahu Tanah
Surga… Katanya menggondol
piala citra untuk kategori film terbaik. Apakah tim jurinya bervisi
mencari tema nasionalis untuk diunggulkan meski hasil keseluruhan
kurang menggugah penonton? Atau jangan-jangan karena faktor si ketua
Parfi jadi salah satu produsernya?
Akhir
kata, ini film naratif tulen. Tak baca novelnya pun bisa puas! [B+]
30/12/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar