Senin, 24 Desember 2012

Resensi Film: The Bourne Legacy (2012)

Inilah seri pertama pasca-Bourne ala Matt Damon. Naskah dan penyutradaraan diambil alih oleh Tony Gilroy yang bukan lain merupakan penulis naskah seri-seri Bourne sebelumnya. Ia juga terlibat dalam produksi film thriller politis Michael Clayton. Bukan suatu hal berlebihan jika saya cukup menaruh antusiasme.

Karakter utama dalam Legacy dibintangi oleh Jeremy Renner, yang memang cukup pantas memerankan figur spion galau. Bukan galau cinta-cintaan tentu saja, namun Bourne selalu mengedepankan ihwal pencarian identitas. Kali ini dikisahkan bahwa Jason Bourne tetap berkeliaran mengancam stabilitas badan intelejen USA. Ia tak kasat mata tapi menghantui. Demi mengamankan supaya borok operasi rahasia program intelejen tak bakal dibongkar oleh Bourne atau pihak-pihak lain tak terduga, maka semua agen terlibat hendak dilenyapkan. Nah, disinilah mulai terletak titik tolak perjalanan plot Legacy. Ketika operasi pelenyapan dilakukan, ada satu nama yang kelewat. Ia lolos.

Yah, buru-kejar. Itulah kenikmatan hakiki Legacy. Tak ada yang lain. Plotnya sederhana, tak serumit trilogi Bourne sebelumnya. Sejak awal film, saya sempat merasa sinematografi nan ragu-ragu/kikuk. Tapi setelah drama perkenalan selesai dan tahap buru-kejar dimulai, maka terpanggilah nostalgia Bourne-ish yang ditunggu-tunggu. Musik latarnya kencang berbaur dengan koreografi aksi yang matang. Terlebih lagi dalam adegan klimaks di tengah jalanan tumplak jeepney di Metro Manila.

Kondisi ini mirip sekali dengan Spidey 4. Tercium sekali aroma keteteran terhadap trilogi pendahulunya. Kalaupun masih akan diteruskan, butuh formula pil biru. [B] 23/12/12     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar