Selasa, 11 Desember 2012

Resensi Film: Looper (2012)

Makin ke sini Joseph Gordon-Levitt kian kelihatan selektif memilih peran. Bergabungnya ia menjadi pemeran utama di Looper menambah kepastian itu. Film ini kombinasi drama-thriller-fiksi ilmiah. Looper terlihat memikat karena momentumnya tepat, muncul di tengah paceklik film berjenis serupa. Aki-aki spesialis macam Steven Spielberg saja sedang absen memproduksi film begituan. Sekarang ia lebih gandrung kisah historis macam War Horse dan Lincoln.

Mengambil waktu kejadian tahun 2044, ketika 30 tahun setelah itu ditemukan mesin waktu dan penggunaannya tergolong terlarang. Di era sebelum mesin waktu ada, terdapat sindikat eksekutor mati atas orang-orang kiriman dari sindikat di masa depan. Profesi algojo tersebut disebut looper. Imbalan yang diterima cukup untuk sekadar hura-hura hedonis. Tugas mereka sederhana. Di suatu lokasi, mereka tinggal menunggu sasaran tembak tepat pada waktu yang dijadwalkan. Tanpa perlu tahu identitasnya, ketika target tembak (kepalanya tertudungi) dari masa depan hadir di depan mata, langsung saja tembak, DOR!!! Masih bingung dengan penjelasan dari saya? Santai saja, kalau sudah menyimak filmnya pasti akan terjelaskan. Cukup naratif dan tak berbelit.

Lalu, apa yang membuatnya perlu dibahas? Nah, sampailah kita pada satu adegan konflik. Yakni tatkala seorang looper dihadapkan dengan target tembak yang bukan lain merupakan dirinya sendiri yang datang dari 30 tahun mendatang. Ia harus mengeksekusi raganya sendiri yang dikirim dari masa depan. Bunuh, tidak, tetap bunuh, atau ragu? Tanyakan saja pada diri sendiri. Apa kita tega membunuh diri kita sendiri? Ide dasar Looper adalah siklus. Lewat faktor inilah plot dibuat bernuansa filosofis, tanpa mesti perlu khotbah berbuih-buih.

Seperempat awal film ini sangat memaku saya, setelah itu mengendur, namun simpul ikatan di akhir film cukup mantap. Ibarat sepatu tali, si pemakai pun percaya diri berjingkrak mengenakan sepatu itu. Jika saja film ini mau sedikit bersabar untuk temukan adegan monumental, semisal hujan katak dalam Magnolia, sinematografi manuver slo-mo 360 derajat ala Matrix, dsb., maka Looper bisa saja melegenda. Beneran. [B+] 10/12/12     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar