Senin, 17 Desember 2012

Resensi Film: End of Watch (2012)

Kita sering menyaksikan tayangan program televisi yang siarkan secara nyata kejadian patroli dan penyergapan oleh polisi USA dalam pelbagai kasus. Tak jarang di antara mereka yang malah menjadi korban saat bertugas, bukan? Kita pikir… warga-warga USA banyak yang sakit. Nah, film ini merupakan dedikasi teruntuk para petugas pemberani berseragam hitam itu. Sebuah proyek terpuji yang tak saya duga sejak awal film berputar.

Taruhlah film ini sebagai tontonan di bioskop, jika menit-menit awal menjadi acuannya saya spontan jawab “sangat tidak layak” mengingat tipe sinematografinya yang acak-acakan sangat tak bersahabat untuk diproyeksikan ke layar perak jumbo. Bisa jadi memusingkan karena film ini memakai teknik self-recording yang mana teknik ini mulai banyak dilirik oleh industri film dewasa sebagai inovasi atas nama peningkatan efek supaya terkesan lebih nyata.

Tokoh utama End yakni sepasang polisi muda bersahabat yang ditugaskan dalam satu mobil patrol sama. Selengekan, berani menyimpang dari penugasan pimpinan, intinya… mereka progresif. Itu bisa menjadi bumerang tentunya, karena selain mungkin saja mereka mampu berikan kontribusi lebih pada lembaga namun bisa juga mereka membahayakan diri mereka sendiri.

Setelah kita menyatu dengan premis film, kita akan sangat menikmati kemajuan alur cerita. Baru tahu sebab kenapa si strada berani beraksi lain daripada lain ya bukan lain karena ia ingin membawa sensasi kenyataan di lapangan dalam level yang lebih tinggi seolah ingin berucap: ini loh keseharian mereka, ini loh suka-duka mereka, ini loh apa yang mereka lakukan selama kita tidur terlelap di atas kasur empuk, dan ini loh profesi yang sering kita beri komplain. Bagi saya, film ini sangat mentransformasikan visi si strada. Itu jelas sekali, salut! [B+] 16/12/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar