Mendapatkan kopian film ini
dari seorang kenalan asal Prancis membuat saya berpikiran, pasti ada sesuatu di
dalamnya yang ingin ditunjukkan pada saya. Dari judulnya, bisa kita terka
tentang apa. Seorang imigran membangun kehidupan di Prancis. Izin tinggalnya
sudah kadaluwarsa. Beberapa tahun ia berhasil membungkus rapi keilegalannya
sebagai pendatang. Hingga pada suatu siang yang cerah, bertepatan dengan hari
ulang tahun putera tunggalnya, ia diringkus pegawai imigrasi.
Di babak-babak berikutnya
setelah adegan peringkusan tersebut penonton akan dipameri drama kehidupan
penampungan para imigran gelap. Tentang metode introgasi yang dilakukan, sikon
lingkungan karantina, dan hidup di dalamnya. Memang Illegal bukan sebuah film dokumenter, namun apa-apa yang ia
sampaikan cukup evokatif. Dramatisasi lebay
mampu dikubur oleh kedinamisan sinematografi.
Sebagai orang yang cukup
sering berhubungan dengan urusan keimigrasian untuk warga negara asing (WNA),
film ini menjadi cukup subyektif bagi saya. Makin merasa punya banyak pekerjaan
rumah (PR) guna menjadi jembatan antara WNA dan sistem negara berdaulat. Hukum
dibuat untuk mengatur harmoni manusia, saya menghargai poin positif ini. Namun
jika dalam teknis pelaksanaannya mengabaikan nilai-nilai humanisme? Saya
prihatin. Film ini merupakan perspektif humanisme lewat sajian kasuistik.
Mengapa dalam ulasan ini saya
malah bicara ngalor-ngidul tak
mengarah pada film. Yah, itulah paling tidak sensasi yang saya dapat setelah
menyaksikan film ini secara saksama. [B] 11/04/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar