Dari
sekian film Woody Allen yang pernah saya tonton, ini paling bawel dan
sinis. Basa-basi tetap tak ada di dalamnya. Setiap menonton karyanya
seperti mengolok-olok sendiri, orang lain, dan (yang jelas) kita
semua. Sama sekali no-drama-mercy.
Beberapa dialog bisa mengundang tawa. Bukan apa-apa, kita seolah-olah
menertawakan diri kita sendiri. Dalam film ini tak ada yang membuat
saya mewek.
Memang itu bukan maksud Woody membuat film ini.
Unsur
karakter dengan sifat pedantik hampir selalu saya temukan dari naskah
Woody. Bisa jadi karena si Woody ini memang benar-benar berwawasan
luas dan cerdas tapi tak cukup punya rem untuk tak ceplas-ceplos.
Bagi beberapa orang mungkin akan kurang nyaman menonton karya Woody.
Kesantunan menjadi barang rentan kritik. Mengapa mesti santun kalau
hasil akhirnya hipokrit? Itu salah satu yang saya tangkap dari pesan
Woody.
Oleh
karena film ini pada dasarnya merupakan drama percintaan, maka
percayalah bahwa tak ada hal-hal romantis merah-jambu di dalamnya.
Yang ada adalah perjalanan romansa sepasang anak manusia berlevel
intelektual memadai namun meski demikian tetap saja jatuh ke sikap
kekanak-kanakan. Ini bukan konsumsi pembelai hati, melainkan
psikodrama. Saya masih mencari-cari ekuilibrium di karya si Woody.
[B+] 14/04/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar