Minggu, 14 April 2013

Resensi Film: Annie Hall (1977)

Ini sebuah karya terkenal dari Woody Allen. Berdurasi 1,5 jam, siap-siap saja mendengarkan ocehan-ocehan dari si karakter utama yang diperankan oleh Woody sendiri. Apa-apa yang meloncat dari mulutnya seperti mercon rentengan tersulut. Itu dimulai sejak sangat awal film. Woody memandang kamera, mengajak bicara pemirsa. Ia curcol tentang kekandasan jalinan kisah cintanya bersama seorang gadis bernama Annie Hall.

Dari sekian film Woody Allen yang pernah saya tonton, ini paling bawel dan sinis. Basa-basi tetap tak ada di dalamnya. Setiap menonton karyanya seperti mengolok-olok sendiri, orang lain, dan (yang jelas) kita semua. Sama sekali ­no-drama-mercy. Beberapa dialog bisa mengundang tawa. Bukan apa-apa, kita seolah-olah menertawakan diri kita sendiri. Dalam film ini tak ada yang membuat saya mewek. Memang itu bukan maksud Woody membuat film ini.

Unsur karakter dengan sifat pedantik hampir selalu saya temukan dari naskah Woody. Bisa jadi karena si Woody ini memang benar-benar berwawasan luas dan cerdas tapi tak cukup punya rem untuk tak ceplas-ceplos. Bagi beberapa orang mungkin akan kurang nyaman menonton karya Woody. Kesantunan menjadi barang rentan kritik. Mengapa mesti santun kalau hasil akhirnya hipokrit? Itu salah satu yang saya tangkap dari pesan Woody.

Oleh karena film ini pada dasarnya merupakan drama percintaan, maka percayalah bahwa tak ada hal-hal romantis merah-jambu di dalamnya. Yang ada adalah perjalanan romansa sepasang anak manusia berlevel intelektual memadai namun meski demikian tetap saja jatuh ke sikap kekanak-kanakan. Ini bukan konsumsi pembelai hati, melainkan psikodrama. Saya masih mencari-cari ekuilibrium di karya si Woody. [B+] 14/04/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar