Kalau pernah menonton film
bukan tipikal Oscar (baca: festival dan penghargaan) tapi mampu menggerakkan, The Sessions merupakan satu contoh di
antaranya. Sebuah film berdasar kisah nyata. Mark O’Brien, seorang penyair dan
jurnalis yang seumur hidupnya terkulai berbaring lumpuh karena polio. Di usia
kepala tiganya, ia ingin nge-sex.
Film ini menyentuh di beberapa adegan sederhananya.
Blok-blok plot cuma segelintir.
Mark rajin berkonsultasi ke pastur, ia diantar kemana-mana juga dirawat oleh
beberapa perawat telatennya, dan ia menjalani sesi terapi seksual. Nah, yang
terakhir ini menjadi fokus plot terpilih dari sekian banyak hal inspiratif dari
Mark. Sebelum lakukan terapi seksual, ia curcol
dan meminta pertimbangan kepada si pastur-sahabatnya. Di luar dugaan, opini pribadi si
pastur memberinya lampu hijau.
Sex Surrogate, sebuah istilah
baru buat saya. Ia merupakan profesi terapis seksual. Kalau mau tahu bedanya
dengan profesi PSK, maka silakan saja Anda menonton film ini. Bagi yang
antimenonton film telanjang, mungkin googling
saja. Ada 6 pertemuan terapi yang bakal dijalani Mark, karakter terapisnya
diperankan secara berani oleh Helen Hunt. Sesi terapi seksual yang harusnya
berlangsung 6 kali jadi terhenti sampai menginjak pertemuan ke-4 saja. Ikatan rasa mulai bersemi,
sebuah implikasi terlarang dari sebuah mekanisme profesional. Si terapis tak
ingin merusak kehidupan pribadi rumah tangganya.
Seperti yang saya tulis di
atas, beberapa adegan sederhananya menyentuh. Saya tersentuh, meski momen itu muncul dalam
adegan-adegan kecil atau bahkan biasa sekali. Humor ringan pun ada di mana-mana. Saya
bersyukur bisa mendapat film hiburan, semenghibur hati ini. Salut untuk
mendiang Mark. Suatu inspirasi dari figur yang sebagian besar hidupnya
terbaring di dalam iron lung. [B+]
11/02/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar