Kamis, 14 Februari 2013

Resensi Film: Anna Karenina (2012)

Kisah klasik dari sastrawan Rusia Leo Tolstoy ini dibuat teatrikal ala seni panggung oleh strada Joe Wright (Pride & Perjudice, Atonement). Tentang tragedi dan pemaknaan cinta lewat 3 bilah konflik asmara era pertengahan abad ke-19 di lingkungan aristokrat. Saya tak sangka sebelumnya bahwa kisah ini kadung populer. Yang menjadi pertanyaan utama saya di sini adalah mengapa Joe Wright lagi-lagi memasang Keira Knightley sebagai pemeran sentralnya?

Saya amati akting Mbak Keira sepanjang durasi film. Kok saya merasa aktingnya kurang konsisten ya? Memang emosinya dikisahkan fluktuatif, namun ekspresi wajah yang dihasilkan Mbak Keira terkesan (maaf) palsu. Secara keseluruhan penyuntingan film ini terkesan kasar bagi saya, yang paling menghibur adalah desain produksi dan komposisi musiknya. Pengambilan gambar secara outdoor cukup minimal, makanya saya bilang film ini ala seni panggung. Kalau dibilang eksperimental, masih nanggung. Beda kasta dengan eksperimentalitas film Dogville (Lars Von Trier).

Film ini menceritakan 3 konflik asmara: (1) isteri selingkuh; (2) patriarki suami; dan (3) tobat cinta. Problemanya pada krusial. Saya pikir, lengkap sudah. Untuk ukuran film yang sudah jamak diketahui, Anna versinya Joe Wright kurang spesial. Dramanya tersampaikan, namun ekstase tragisnya pupus… [B-] 14/02/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar