Senin, 11 Februari 2013

Resensi Film: The Master (2012)

Setelah kritikus Peter Travers dari RollingStone memberinya 4 bintang sempurna dan menyematkannya di peringkat tertinggi daftar 10 film terbaik tahun 2012, saya terang saja tertarik betul menikmatinya. Saya tak begitu jelas dengan sinopsis yang tersedia. Banyak kalangan yang menyebutkan plotnya terinspirasi dari “perguruan” Scientology. Saya belum bisa mengorelasikan antarkeduanya karena saya sendiri belum begitu pahan dengan paham/kepercayaan tersebut.

Yang membuat saya familiar dengan The Master adalah nama si strada, Paul Thomas Anderson (Magnolia). Ia selalu membuat karya-dalam bertema sosio-psikologis. Dan topik yang diangkat biasanya mewah, tak populer. Dalam The Master, ia mengangkat cerita perjalanan sepak-terjang ajaran baru alih-alih membuat sebuah agama baru. Pendekatan yang digunakan meliputi psikologi dan ilmiah. Masternya merupakan seorang multiprofesi lulusan universitas. Demi melanjutkan misinya, ia menggalang dana dari para donator kaya-raya dengan timbal-balik “iming-iming” penyembuhan sakit akut.

Dalam suatu kesempatan , secara kebetulan “klub” binaan si master punya penyusup baru. Seorang veteran pelaut era Perang Dunia II, pemabuk, dan serba tak jelas. Karakter ini diperankan secara luar biasa joz gandoz oleh Joaquin Phoenix. Ia dimaklumi oleh si master, tak dihukum karena telah menyusup (tanpa izin). Si master punya banyak ketertarikan dengannya. Hubungan antara si master dan si “pelayan” ini menjadi pokok kupasan film.

Saya merasa bersalah karena tak mau mendeskripsikan resensi ini sedalam filmnya. Beberapa adegan sangat intimidatif. Ibarat sebuah menu makanan, film ini sayuran berserat sangat tinggi. Ada yang cocok ada yang tidak. Hiburan paling mudah dinikmati dalam film ini yakni sinematografi elegan berselingi komposisi musik pencitra kekalutan gubahan Jonny Greenwood (Radiohead). [B+] 11/02/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar