Setelah kritikus Peter Travers
dari RollingStone memberinya 4
bintang sempurna dan menyematkannya di peringkat tertinggi daftar 10 film
terbaik tahun 2012, saya terang saja tertarik betul menikmatinya. Saya tak
begitu jelas dengan sinopsis yang tersedia. Banyak kalangan yang menyebutkan
plotnya terinspirasi dari “perguruan” Scientology. Saya belum bisa mengorelasikan
antarkeduanya karena saya sendiri belum begitu pahan dengan paham/kepercayaan
tersebut.
Yang membuat saya familiar
dengan The Master adalah nama si
strada, Paul Thomas Anderson (Magnolia).
Ia selalu membuat karya-dalam bertema sosio-psikologis. Dan topik yang diangkat
biasanya mewah, tak populer. Dalam The
Master, ia mengangkat cerita perjalanan sepak-terjang ajaran baru alih-alih
membuat sebuah agama baru. Pendekatan yang digunakan meliputi psikologi dan
ilmiah. Masternya merupakan seorang multiprofesi lulusan universitas. Demi
melanjutkan misinya, ia menggalang dana dari para donator kaya-raya dengan timbal-balik
“iming-iming” penyembuhan sakit akut.
Dalam suatu kesempatan ,
secara kebetulan “klub” binaan si master punya penyusup baru. Seorang veteran pelaut
era Perang Dunia II, pemabuk, dan serba tak jelas. Karakter ini diperankan
secara luar biasa joz gandoz oleh
Joaquin Phoenix. Ia dimaklumi oleh si master, tak dihukum karena telah menyusup
(tanpa izin). Si master punya banyak ketertarikan dengannya. Hubungan antara si
master dan si “pelayan” ini menjadi pokok kupasan film.
Saya merasa bersalah karena
tak mau mendeskripsikan resensi ini sedalam filmnya. Beberapa adegan sangat
intimidatif. Ibarat sebuah menu makanan, film ini sayuran berserat sangat tinggi.
Ada yang cocok ada yang tidak. Hiburan paling mudah dinikmati dalam film ini yakni
sinematografi elegan berselingi komposisi musik pencitra kekalutan gubahan Jonny
Greenwood (Radiohead). [B+] 11/02/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar