Jumat, 01 Februari 2013

Almanak: Angkor Wat


Laju melambat hingga akhirnya mesin motor tuk-tuk dimatikan oleh si pengemudi. Akhirnya sampai juga. Saya bertanya ke si pengemudi, tepatnya kami sekarang di candi apa (lebih-kurang begitu). Angkor Wat. Oke, inilah candi pertama yang kami kunjungi di kompleks cagar alam luas salah satu sokongan UNESCO. Situasi sekitar masih gelap remang-remang. Di pelataran parkir ada kios berneon terang ditemani deru suara operasi mesin diesel yang sudah berjualan, pembelinya berjubel. Awalnya saya pikir sebuah warung jus buah, belakangan baru diketahui kalau ia jualan kopi, aneka minuman ringan, dan penganan ringan. 

Setapak demi setapak kami lalui. Setelah naiki beberapa anak tangga pertama, kami dihadang petugas pengecek kartu pengunjung (lagi). Tak masalah, sejauh ini mereka selalu ramah. Spontan saja, saya keluarkan hape murah-meriah Nokia 1280 dari saku-kanan celana guna nyalakan senter terangi jalan supaya tak salah melangkah. Gelap betul waktu itu. Banyak juga turis lain yang melakukan hal serupa. Saya sebenarnya tak begitu jelas mau ke mana arah melangkah, ikuti saja rombongan para turis sajalah (batin saya). Tak lama berjalan, sampailah kami pada belokan di mana (awalnya) puluhan turis berkumpul. Saya mulai paham sekarang. Di situlah titik populer atraksi penantian sunrise. Kami pilih area yang masih kosong. Pas dekat kolam, jadi bisa buat duduk sekalian beralaskan bebatuan.

Bermenit-menit menunggu sang surya menyapa dari ufuk timur di belakang Angkor Wat yang berdiri tegak di hadapan kami. Sampai pukul 06.00 ternyata di sana masih saja terbilang gelap, hingga sedikit demi sedikit kolam di depan kami pantulkan siluet lekuk candi Angkor Wat. Wah, itulah momen pertama saya saksikan Angkor Wat secara langsung. Lewat bayangan di atas permukaan air. Maklum, sejak sampai di sana candi sama sekali tak kelihatan. Ini seperti kejutan permainan cahaya alamiah. Cantik nian…
 

Tak disangka, tadinya yang saya rasa pengunjung Angkor hanya puluhan atau ratusan kurus sekarang jadi tumplak ruah menjadi ratusan gemuk atau bahkan ribuan berada di belakang tempat kami duduk dan berpijak. Sekarang sekitaran sudah kelihatan jelas, matahari telah menerangi Angkor Wat!

 
Udara di pagi hari itu sejuk nian. Mereka sapa kami bersahabat. Tak buat kami gampang merasa kelaparan. Eksplorasi pun dimulai… Episode berikutnya, saya lanjutkan dengan unggahan gambar-gambar. [01/02/13]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar