Dulu saya sempat percaya
dengan film-film Tom Hanks. Makin ke sini, saya sudah enggan. Terbukti dengan
film-film terakhir yang dibintanginya tak pernah sukses. Kali ini ia ambil
peran dalam sebuah film fiksi-sedikit-ilmiah kreasi Wachowski Bros. (Matrix: The Trilogy).
Setelah menontonnya, saya rasa
sayang sekali Akademi (Oscar) memubadzirkannya begitu saja. Memang benar Cloud tak hebat namun paling tidak
skrip hasil adaptasi novelnya patut diapresiasi. Wachowski Bros. menyulam 6 lapis plot lintas-era
menjadi satu film berkaitan “reinkarnasi modern”. Pesan yang ingin disampaikan
di dalamnya mulia sekali. Sebuah introspeksi atas hubungan universal
antarmanusia, tanpa batasan ruang dan waktu.
Oleh karena plot yang
diceritakan terlalu banyak, maka saya lewatkan saja bagian sinopsis. Dalam Cloud, kita akan diajak melompat-lompat
dari era avonturir (saya lupa di film ditulis abad ke berapa, yang jelas era di
mana kapal layar masih berjaya), sampai era pascakiamat. Di tengah-tengahnya
ada set era abad ke-20 dan 22. Bagi yang mau menontonnya, silakan saja sejak
awal hitung berapa era yang dipakai Wachowski. Pada durasi awal film tercantum sekali
keterangan era, sedangkan di pengadegan berikut-berikutnya penonton tak dibantu
lagi tulisan keterangan era. Kita wajib mind-mapping
mandiri.
Berlapis-lapis cerita
bersahutan satu sama lain. Yang membuat saya terpaku adalah rasa penasaran. Apa
sih hubungan cerita-cerita film ini?
Inilah nilai jual utama Cloud. Di
samping menyaksikan kemampuan bintang-bintangnya perankan multikarakter dalam
satu film, saya pikir, film ini terlalu punya banyak bintang terkenal: Tom
Hanks, Halle Berry, Ben Whishaw, Jim Sturgess, dll. Hampir di masing-masing
plot mereka perankan sebuah karakter. Sebagai contoh, dalam Cloud si Tom Hanks memerankan 7
karakter.
Taruhlah Cloud sebagai sebuah hiburan fiksi-ilmiah, saya suka sekali dengan maraton
petualangan mencari koneksi satu-sama-lainnya. Saya tak menuntut banyak kepadanya.
[B+] 12/02/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar