Jumat, 03 Mei 2013

Resensi Film: Un Prophete/A Prophet (2009)

Meleset! Saya suka sekali menonton film dengan tak baca sinopsisnya dulu. Kali ini, judul yang ada membuat saya berpikiran ceritanya bakalan tentang sesuatu yang relijius. Memang tak sepenuhnya meleset, namun bagi saya film ini bukan tentang itu. Sisi spiritualisme ala sublimasi pun, meskipun ada, kurang terkoneksi pada diri saya. Namun, sebagai tamba (obat) kecele… Film ini punya sesuatu.

Malik, seorang narapidana baru (saya tak begitu peduli dengan latar belakang kenapa dia dijebloskan ke dalam penjara),  tersubordinasi oleh “jawara” mafia Italia. Tak butuh waktu lama, Malik yang seorang Arab menjadi bawahan kelompok Italia di dalam komunitas sel. Tentu saja ini menjadi konflik awal yang memikat. Mudahnya saja, ia bisa dianggap sebagai penjilatlah? Pembangkanglah? Atau praduga lainnya dari seluruh penghuni di lembaga pemasyarakatan (lapas). Malik menjaga sisi kemisteriusan ihwal seriuskah dia dengan pilihannya itu di hampir sepanjang durasi film. Sebuah catatan penting tentang karakter Malik dari saya, ia diperankan secara oke dan konstan oleh si aktor pemerannya.

Kata ‘sesuatu’ (tanpa mendesah ala Syahrini) yang saya bilang di atas bukan lain merupakan bagaimana film ini mampu mengungkapkan secara dramatis bahwa jeruji sel penjara tak lantas membuat ruang gerak penghuninya terbatas. Nah, dari sini saya mulai bingung. Apa sebenarnya maksud di balik ungkapan ini. Apakah niatannya ingin menyampaikan bahwa penjara tak cukup efektif memberikan efek jera atau dengan kata lain bukanlah suatu solusi tepat. Atau ada maksud amanat lainnya? Saya tak cukup diyakinkan oleh film ini.

Ceritanya akan lain lagi umpama saya melihat film ini sebagai drama mafia tanpa tedeng aling-aling pesan sponsor filosofis. Saya sangat bisa menikmatinya secara lepas karena ini salah satu karya yang berani dan menantang. [B] 02/05/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar