Senin, 20 Mei 2013

Resensi Film: To the Wonder (2013)

Saya mengenal strada Terrence Malick sejak menonton film berpredikat Palem Emas-nya, The Tree of Life. Saat menonton Tree, ada ajakan kuat buat saya untuk mengapresiasinya. Sinematografi indah yang matang, gaya penceritaan yang puitis, dan tema falsafah hidup yang mengguncang. Makanya, saya penasaran juga untuk melihat karya anyar Malick, To the Wonder, yang bertemakan cinta dibintangi oleh si strada Argo, Ben Affleck.

Setelah melumat habis film ini, saya malah terburamkan. Makin tak jelas. Dengan gaya bertutur yang masih khas, film ini berawal dengan sajian kehangatan sentuhan demi sentuhan sepasang kekasih yang sedang memadu asmara. Secara lambat dan pasti, film menyeret kita pada konflik cinta. Di tengah-tengahnya muncul karakter-karakter baru yang menurut saya tak cukup penting. Tapi, mungkin mereka sangat penting maknanya bagi Malick. Salah satunya ada seorang pendeta (dibintangi Javier Bardem) yang berdialektika tentang kehampaannya.

Kalau saya menyingkat sinopsis Wonder, maka jawabannya adalah film ini tentang pasang-surut cinta. Dibilang film nihilistik, bukan. Dikata spiritual, malah terasa semu. Saya hanya kurang paham saja, selain menikmati indahnya gambar-gambar yang tersaji. [C] 19/05/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar