Minggu, 06 Januari 2013

Resensi Film: Flight (2012)

Anda penyuka Forrest Gump? Kru utama proyek film ini merupakan kreatornya. Tapi jangan harap akan bisa bernostalgia dengan adegan monumental macam “run, Forrest, run!” dalam Flight. Sejak adegan awal saja penonton sudah disuguhi sudut kamar hotel berisi sejoli sedang tidur bertelanjang ria di bawah balutan selimut. Sang pria bukan lain Denzel Washington yang berperan sebagai pilot unik (baca: doyan mabuk, ngobat, dan nyandu-nyandu lainnya).

Saya tak cepat menangkap tentang apa film ini. Adegan-adegan awal begitu biasa, namun ketika kita diajak masuk ke dalam adegan kokpit pesawat terbang… yang terjadi adalah ketegangan mencekam. Saya bahkan sempat berpikiran bahwa apakah ini disaster movie? Setelah adegan mencekam itu lewat, saya masih belum juga bisa menduga perihal apakah film ini. Pertanyaan menggantung ini tak kendurkan hasrat saya menyelami plot Flight.

Menjelang pertengahan film, saya baru bisa menerka tentang plot yang sedang dibangun. Sejak awal, plot utama memang terkesan terselubung. Di sini saya takkan beberkan sinopsis Flight. Yang jelas, ia bercerita tentang sebuah aksi heroik dari pilot alkoholik. Aksi itu menyeret sang pilot unik pada konsekuensi dilematis menyangkut siklus di masa lalunya dan lembaran baru kehidupannya di masa depan.

Di film ini, iringan musik dari Alan Silvestri tak semembahana ketika mengalun di Forrest Gump. Ia lirih, merendah hati. Jika ada satu bintang cemerlang di sini, tak lain adalah pemeranan Denzel Washington. Akting mabuknya tokcer. Singkat kata, ia siap masuk (lagi) keranjang nomine Oscar.

Film ini selintas mengingatkan kita pada berita tentang pilot salah satu maskapai pesawat terbang INA berlogo singa yang diketahui mengonsumsi narkoba. Adegan menyesakkan di bagian awal film menyisakan efek cukup traumatis. Awal dan akhir film, itulah bagian “g-spot”-nya Flight. [B] 05/01/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar