Hampir 6 tahun berselang… Sejak untuk pertama kalinya
saya injakkan kaki di luar Indonesia dengan stempel basah di atas lembar-kertas
paspor. Malaysia, negeri jiran yang selalu diposisikan sebagai saudara lama
jarang akur ini merupakan pintu pertama bagi saya tuk kunjungi negara-negara
lainnya. Dulu, saya cicipi megahnya bandara KLIA. Sekarang, saya jajal kesederhanaan
LCCT. Meskipun berkode bandara sama yakni KUL. Namun keduanya berjauhan.
Dan pesawat
pun mendarat… Hati ini tak seberdebar seperti dahulu kala. Kali ini, biasa saja…
Permainan sentimentil membawa saya ke pengalaman memanggil masa lalu. Akhirnya,
saya bisa menjejakkan kaki lagi di sini (saya membatin). Inilah mancanegara pertama
yang saya kunjungi dan berhasil yang saya datangi untuk kedua kalinya. Setelah
mengaktifkan nomor ponsel kembali, ternyata ada sms masuk dari teman segrup
perjalanan yang sudah tiba duluan. Isinya, kami dijemput oleh “bapak” kami di
sana yakni dosen sekaligus koordinator program waktu itu. Thx 4 everything, Bapak...
Walau
semalam, semua terasa lebih cepat dari semestinya. Saya tak perlu beradaptasi.
Perasaan saya, lingkungan di sana sudah menjadi bagian hidup yang tak asing
lagi. Benar juga apa kata orang jika sekarang-sekarang ini pergi ke
negara-negara tetangga tak banyak bedanya dengan pergi ke luar kota. Tiket
murah bertebaran, izin imigrasi penuh kemudahan, akomodasi pun banyak pilihan.
Sepagian
mengitari kampus yang mana dulu kami pernah menjadi bagian darinya. Napak
tilas, benar-benar rute yang kami pilih merupakan napak tilas. Dari asrama
kampus sampai dengan ruang kuliah. Di tengah perjalanan, kami sengaja mengambil
foto berlatar papan nama kampus: Universiti Malaya. Dulu, angka di bawahnya
bertuliskan 2007. Sekarang 2013. Sambil mengobrolkan memori kejadian-kejadian
jenaka di masa lampau, nuansa nostalgia pun tercipta. Yah, sebagai pelengkapnya…
Saya pesan es teh tarik (Malay: teh ais, dibaca: ti ais), minuman-umum favorit
saya selama di sana.
Kuala
Lumpur, tetap memesona. Sekarang saya sudah sampai pada titik yang tak terlalu
gatal membanding-bandingkannya dengan Jakarta. Saya nikmati dan syukuri saja
semuanya. Setelah ini, saatnya saya mulai petualangan baru ke negara-negara lainnya.
Menemui teman-teman lama… [29/01/13]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar