Tiket promo berantai sudah dibayar.
Di tahap ini, untuk pertama kalinya saya menumpang kartu kredit milik saudara
ipar tuk rampungkan transaksi. Baru tahu betapa fleksibelnya kartu ajaib
berlogo Visa atau Master Card ini, membuat saya kepingin punya satu. Rencana
perjalanan—yang dibahasakerenkan Inggris jadi itinerary—mulai dimatangkan. Saya suka sekali bagian receh proses
awal ini. Satu aktivitas serupa riset kecil yang menuntut kita agungkan asas
efektif dan efisien. Sebagai pelancong beranggaran rendah, itinerary bisa jadi kitab suci. Sumber dan referensinya bisa
beragam. Blog, situs internet turistik, googling
sembarangan, bahkan buku pelajaran sekolah. Tinggal tentukan saja tema tur
kita apa dan obyek apa saja yang dimungkinkan terkunjungi sekalian.
Menuliskan rencana di atas lembaran
data berbasis .doc sungguh mudah adanya. Tinggal dicemplung-cemplungkan semua, apapun
yang dimau. Saya sadar, eksekusi di lapangan pastinya bakalan temui penyesuaian
atau hambatan. Saat kita mengetik deretan nama asing tujuan wisata di layar
monitor, belum terbayangkan apakah energi dan waktu kita akan cukup untuk
menghajar semua obyek kunjungan itu? Itu urusan belakangan. Percaya saja,
sekali kita bawa itinerary maka timbul
dengan sendirinya tuntutan diri semacam obligasi-rencana-tur yang dirasa mesti
dilunasi. Kalaupun nantinya tak bakal lunas, pastilah itu pilihan teroptimal. Mmm…
Belum kita langkahkan kaki ke luar rumah menuju bandara sembari pamitan mencium
tangan ortu di hari-H saja sudah berasa sensasi hebohnya. Tukar uang, bawa
bekal suplemen, mengepak irit sandangan… jadi contoh kegiatan khas jelang
bepergian.
Kali ini pilihan grup-perjalanan saya
yakni ke 3 negara dalam 7 hari 6 malam, dengan porsi sbb.: Malaysia (KL,
semalam), Kamboja (Siem Reap dan Phnom Penh, 4 hari 3 malam), dan Vietnam (Ho
Chi Minh City, 3 hari 2 malam). Kami bertiga dari Indonesia merupakan sekawanan
partisipan salah satu program pertukaran mahasiswa Asia Tenggara di Universiti
Malaya pada 2007. Saya bersyukur, hubungan kami masih terjaga hingga hampir 6
tahun lamanya. Ketiga negara tujuan itu pun secara tak langsung berkaitan
dengan program itu. Selain pilihan trip hore-hore khas turistik, kami sekalian
menjaga silaturahim lewat pertemuan dengan koordinator dan beberapa alumnus
program tadi. Setelah tiket di tangan dan akomodasi dipesan, sengaja kami
unggah rencana penuh mimpi ini ke milis program. Tujuannya mengundang
teman-teman yang berpotensi bisa kami temui di masing-masing negara tujuan. Alhasil,
ada yang konfirmasi bisa menyelakan diri temui kami! Alhamdulillah…
Dua bulananlah waktu penantian antara
pembelian tiket promo dan waktu terbang. Selama itu pula kami bertiga gedebag-gedebug menggali informasi dan
rembugan meski terpisahkan jarak. Hingga menjelang saatnya terbang, rencana
kami cukup tersusun rapi dan manis. Skenario yang cukup menjanjikan. Padat dan
menawan. Kami bertiga membagi tugas satu sama lain, semua berjalan lancar. Ini
permainan tim yang asyik, tak kalah dari permainan Barcelona. Tiba-tiba, saya
membayangkan andai saja ada satu mata pelajaran SD yang latihannya menugaskan
siswa/i membuat itinerary. Pasti bakal
menarik dan menyenangkan, karena lewat aktivitas ini kita bisa membayangkan
impian di depan sambil belajar menyusun strategi lewat riset empirik.
Tak terasa… minggu perjalanan itu
kian mendekat. Urusan cuti kantor sukses didapat. Lega rasanya. Tabungan pun
siap ditukar dengan investasi lain bernama pengalaman berencana… Semoga sehat,
semoga sehat, semoga sehat. Itu harapan saya setiap kali akan melancong.
[28/01/13]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar