Senin, 16 Mei 2011

Resensi Film: The Kids are All Right (2010)

Hei, ini film tentang pasangan lesbi! Bercuplik-cuplik tayang adegan seks tapi malah tak ada yang lesbi. Betul, karena ini film drama kehidupan keluarga bukan film pemuas hasrat lahiriah. Kalau ada tag words untuk film ini pasti diikutsertakan kata “donasi sperma”, karena bermula dari situlah jalinan friksi hidup keluarga lesbi atas sentral subyek film ini menggelinding.

Paul (Mark Ruffalo) tak menyadari setelah 18 tahun berlalu sperma yang didonasikannya ke bank sperma dengan imbalan murah mencari jejak temui dirinya. Dua pemuda (cewek-cowok) diam-diam menemui ayah biologis di luar sepengetahuan kedua orang tua lesbi mereka. Saya suka dengan adegan ekspresi pertama kala mereka bertiga bertemu. Walau tidak close-up namun nampak jelas segitiga aneh, kikuk, atau canggung itu.

Dari titik ini, membuat kita bertanya-tanya mau dibawa kemana plot berada ketika durasi masih terlalu dini untuk sebuah pungkasan. Ternyata Paul-lah yang nanti bakal menjadi disguised interloper. Dia menusuk keharmonisan rumah tangga pasangan lesbi Jules (Julianne Moore yang sayu) dan Nic (Annette Bening yang berpenampilan memukau). Paul menusuk masuk terlalu jauh. Ia tak hanya beri warna namun juga jadi bencana.

Besar dan kompleksnya tema yang dibawakan secara ringan dan sederhana oleh strada Lisa Cholodenko tengah mengingatkan saya pada Juno. Memang semua serasa serba hambar dengan tanpa berfokus pada satu permasalahan. Namun setelah selesai menonton The Kids, saya terpancing memikirkan tingkah-polah manusia yang menyimpang dari pola umum. Serasional dan sematang mungkin perencanaannya, pasti takkan sepadan dengan tanggung jawab yang menghadang di masa mendatang. [B+] 15/05/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar