Senin, 11 Juni 2012

Resensi Film: Unforgiven (1992)

Mengokang, tarik pelatuk, dor! Dunia film-western pasti tak jauh dari itu. Akhir abad XIX menjadi favorit setnya. Unforgiven dilakoni dan disutradarai oleh Clint Eastwood, seorang legenda hidup perfilman Hollywood, pernah meraih penghargaan Oscar sebagai film terbaik. Saya langsung ingat kepada teman kuliah saya yang benci-rindu pada karya-karya Eastwood. Teman saya itu akui suka karya-karya Eastwood karena bermutu namun juga benci karena pernah “trauma” menonton filmnya yang mengesankan selalu menangan dan jadi “santo”. Setelah menyaksikan lengkap Unforgiven, saya menangkap ya mungkin film inilah yang ia maksud.

Dari pojokan rumah bordil, ceritanya bergulir… Banyak sudut pandang terurai lewat jalinan kisah dalam Unforgiven. Mari kita pilih lewat kacamata karakter peranan Eastwood, seorang ayah dari dua anak yang telah ditinggal isterinya mati muda. Ketikan prolog di atas siluet matahari senja membuka kemanisan unsur puitis film. Di situ dijelaskan, Eastwood menikahi seorang gadis tanpa sama sekali mengantongi restu dari ibunda si isteri. Pada waktu itu, Eastwood terkenal sebagai baj*ngan berdarah dingin, pencabut nyawa orang atas nama uang. Namun, sang isterinyalah yang membuat Eastwood bertobat hijrah ke jalan lurus. Menuntunnya tak m-embunuh, tak m-inum, dan tak “m” lainnya lagi.

Setelah belasan tahun hidupnya nan alim, datanglah seorang pemuda koboi menawari kerjasama jasa pembunuhan. Sasarannya yakni duo koboi penyiksa PSK. Saya takkan mengomentari bahwa tawaran si pemuda ini membangkitkan karakter Eastwood bangkit dari kubur, namun lebih pada faktor pemenuhan kebutuhan finansial dan alasan morallah yang menggerakkannya setujui misi lama sembari mengajak kawan lama yang diperankan Morgan Freeman.

Perbuatan salah tetaplah salah, apapun itu motifnya. Pesan itu juga yang ingin diangkat Unforgiven lewat rangkaian babak yang dihadapi karakter Eastwood. Di samping itu, latar belakang dunia-country dalam film ini sangat kontekstual dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia sekitar masa ini. Ketika hukum berasa penting dan berupaya ditegakkan namun si penegak sendiri alih-alih adil dan konsisten namun malah menggunakan haknya sesubyektif mungkin makanya yang terjadi adalah ketidakpuasan. Keengganan masyarakat untuk membantu aparat hukum, tak respek.

Film-western karya Eastwood ini macam produk Hollywood’s sweetheart yang mana tokoh utamanya tetap selamat, walau ia pernah jadi antagonis, kemudian bertobat, dan muncul kembali cetak kontribusi besar. Ia rontokkan tirani, letakkan pondasi liberal. Setelah Unforgiven memasang ketikan epilog bersiluet sama persis sewaktu membuka film lewat ketikan prolog, saya sadar betul bahwa khotbah Eastwood ini sastrawi. Meski film disampaikan secara lamban ala produsen jompo walau tak terbata-bata, namun menggugah kita tatkala rasa kantuk mulai menghinggap. Ia kuasai betul apa yang sedang diceramahkannya. Saya respek karenanya. [B/A] 10/06/12

2 komentar:

  1. Nonton Online Film Unforgiven (2013) Subtitle Indonesia disini kk
    http://cinema69indo.blogspot.com/2014/05/nonton-film-unforgiven-2013-subtitle.html

    BalasHapus