Semoga suasana hati Anda berada saat kondisi santai
dan penuh rasa ketika menyaksikan film ini. Mengapa musti demikian? Film ini
termasuk kategori film personal. Mengisahkan suatu kedalaman empiris, baik
secara gaya bercerita maupun secara sinematografis. Karakter utamanya seorang
pria berusia 38 tahun ketika menginjak tahun 2003. Ia sedang jatuh cinta untuk
yang kelima kalinya pada seorang gadis cantik berambut pirang nan adem tapi misterius.
Perasaan cinta si pria berkembang tatkala belum lama ia ditinggal mati ayah
tercinta yang baru mengaku sebagai gay semenjak si isteri wafat. Mendadak terkalkulasi,
ia terlalu banyak kehilangan: ibu, ayah, keluarga normal, dan kekasih.
Ia banding-bandingkan perjalanan sejarah hidup. Mulai
ketika ortunya bertemu, mereka berdua menikah, ia dilahirkan, sampai ajal
menjemput si ayah menyusul si ibu. Bagaimana semua itu berkembang, selama 40-an
tahun si ayah mampu simpan penyimpangan orientasi seksual. Ia bayangkan pula
kejadian-kejadian mulai dari era ortunya ketika kehidupan gay sebegitu dikecam
sampai tibalah ke era tahun 2000-an yang serba bebas. Semua interpretasinya tercitra
secara alamiah lewat mimik, gestur, dan karya-karya seninya sebagai
karikaturis-advertensi. Itu semua melahirkan dunia dua sisi mata uang dalam
dirinya: bahagia berbingkai rasa ikhlas menerima dan kesedihan berbingkai rasa kehilangan.
Semenjak kehilangan besar itu, ia hanya izinkan dirinya dikawani dua hal:
anjing jenis jack russell kesayangan milik mendiang si ayah dan seorang wanita sensitif,
simpatisan kesedihan si pria. Mereka berdualah pengisi relung hati nan kosong
milik si pria.
Saya bisa nyatakan kalau film ini cukup berat untuk
disederhanakan. Namun tak bakal saya nyatakan kalau tergolong menjemukan. Jelang
babak demi babak akan kita temukan kejadian menarik hati. Ewan McGregor sekali
lagi cukup sukses mengulang film berlatar cerita kedekatan ayah-anak
sebagaimana yang pernah ia lakoni dalam Big
Fish. Di film itu ia menjadi putera yang menyepelekan “bualan imajiner” si
ayah, sedangkan dalam Beginners ia
menjadi putera baik yang menerima dan temani masa-masa akhir hayat si ayah
pengikrar gay.
Saya ingat betul satu pernyataan ucapan karakter si
wanita dalam sebuah adegan, “di balik sana manusia terbagi menjadi dua: satu pihak
putus asa, yang lainnya percaya dan menunggu keajaiban datang”. Tentang itu
pula film ini berujar. Ketika manusia dihadapkan pada pilihan untuk berputus
asa atau tidak menyerah. Sebuah pesan klasik yang biasanya diceriterakan lewat
kisah-kisah kolosal heroik, namun Beginners
menyulapnya tampil lebih personal juga mikroskopik melalui deret rekaman gambar
handheld lembut sedap, penyuntingan
sulam rapi, berpadu iringan musik jarang namun lentik. [B+] 11/06/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar