Parasnya cantik, suaranya legit, belum punya gosip
miring. Duh! Sebuah paket lengkap saya sematkan untuk biduanita anyar blantika
musik Indonesia bernama Raisa. Selamat datang, Mbak! Pertama saya tahu lagunya
bukan dari radio, bukan juga dari playlist
supermarket, melainkan dari sebuah ruang remang sewaan karaoke. Teman saya saat
itu tiba-tiba memilih sebuah lagu berjudul Serba Salah. Emang dasar suara teman
saya oke maka spontan saya pikir karena olah vokalnyalah lagu ini terkesan menarik.
“sudah lupakan segala cerita, antara kita… ku tak ingin, kau terluka karena
cinta…” begitulah lirik refreinnya. Hingga selang berapa saat, tiba-tiba mbak
(senior) di tempat kerja rekomendasikan saya mendengar lagu-lagu Raisa. Emang
apa hebatnya sih si Mbak ini? Oke, saya segera cek.
Lewat pertolongan (atau colongan?) dari file warnet,
saya berhasil mengopi sealbum baru Raisa yang berisikan 9 lagu. Saya ragu sih,
apakah memang isinya 9 lagu atau sebenarnya lebih? Maklum, data unduhan warnet
kan bisa tak lengkap wong bukan
orisinil. Tapi meski demikian tak halangi niat saya coba cicipi karya Mbak
Raisa. Lagu pertama berjudul Melangkah, bertempo sedang irama santai. Pas
banget buat lagu pembuka album, dengan lirik positif senada Move On-nya Andien
lagu ini menebar pikatan menggoda tuk terus tancap gas ke lagu-lagu
selanjutnya. Nah! Formula umum susunan album saya temukan. Lagu kedua diisi
single album. Ya, disinilah bertengger Serba Salah yang saya sebutkan di atas.
Mmm, memang menarik pembawaan Raisa bawakan lagu ini. Terkesan jelita, trendi,
malah kasual-segar. Tak perlu teknik akrobatik guna memikat pendengar, bisa
cukup berimprovisasi mainkan mantra “hey, yey, iyey, ye…” saja.
Diikuti dengan lagu Cinta Sempurna yang lamban ala pop
R&B di nomor ketiga, lalu sedikit naik tensi album di lagu berikutnya
berjudul Inginku. Agak mengingatkan saya dengan aroma lagu-lagunya Denada di
awal karier. Irama turun lagi lebih jauh ke sensasi sendu tapi tak kelam
bertajuk Apalah (Arti Menunggu) di nomor kelima. Saya punya kenangan khusus
dengan lagu ini karena pertama kali dengarkannya sebagai musik latar
pendinginan senam. Parah, bukan? Ha3… Tapi tak mengapa, dinikmati dengan cara
sungguh-sungguh melepas memori itu ternyata saya mampu ikuti komposisi manis
lagu ini. Ya, satu koleksi berklimaks yang pertama saya temukan di album ini.
Kemudian saya kira lagu setelahnya bertempo semangat, ternyata saya salah
sangka. Masih saja lagu “loyo” bertengger, malah durasinya terpanjang seisi
album (4:45) berjudul Bersama. Untungnya ada tawaran menarik di lagu ini, yakni
kemasukan unsur bunyian saksofon. Menambah nuansa jazzy romantis di balik lirik
merah jambunya.
Single lainnya dari album ini adalah Could it Be. Yang
satu ini pokoknya Raisa banget! Ada bagian berbahasa Inggris-nya. Tentu
diucapkan secara asyik, enggak ndeso
atau sok-sokan. Yah, saya langsung
membayangkan gimana jadinya jika Raisa nyanyikan lagu-lagunya Maliq &
d’Essentials atau Humania? Lalu disusul Terjebak Nostalgia, tentang rasa ingin
menyendiri. Rasa-rasanya saya ingin segera lewati lagu ini. Mengapa? Anda pasti
paham tatkala kita berkenalan dengan lagu yang sangat susah untuk berterikatan
emosional mengingat nada-nadanya tak ada yang spesial atau menarik perhatian
dengan lirik autis. Oke, sampailah kita ke pengujung album. Pergilah. Awalnya
agak konyol dengar musik terompet intro-nya. Lewat lagu penutup ini Raisa
memekikkan jargon girl power. Macam
lagu yang hampir mustahil menjadi single sebuah album.
Di tengah industri musik Indonesia akhir-akhir ini yang
hampir kurang beranomali, Raisa muncul membawa kesegaran lewat dendangannya nan
kece punya. Sebagai album pertama, saya cukup tertarik walau tak sampai jadi
favorit. Sebuah album yang, saya bayangin (karena belum punya), ngepas buat
diputer dalam mobil. Putar di kafe-kafe komunitas juga oke. Harapan saya semoga
Mbak Raisa tetap eksis dan kian menggelora. Jangan stagnan seperti Terry hingga
detik ini. Sayang tentunya bila potensi tak diasah, sembari merengkuh atensi
pasar. [B-] 04/06/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar