Kamis, 12 April 2012

Resensi Film: Toy Story 1 (1995)

Konon ada orang yang tak suka personifikasi pada benda-benda mati. Untung saja saya tak termasuk golongan tersebut. Kalau terpaksanya iya, mungkin saja saya takkan pernah mampu nikmati trilogi CGI popular nyaris legendaris, Toy Story. Bahkan, jika masih ada sekuelnya saya tak sungkan antre beli tiket nontonnya. Salut saya haturkan untuk kreator film keluarga dari karakter boneka dan mainan ini. Mungkin saja, boneka dan sejenisnya merupakan produk kapitalis masif ditujukan konsumen kaya. Namun kita bisa juga mengandaikan boneka sebagai representasi teman atau karib bocah di kala ingin dikancani.

Dulu saya pernah menulis resensi tentang Toy Story 2. Di ulasan itu, saya menulis belum lengkap menonton seri Toy Story. Yang pertama saya tonton merupakan seri mutakhir yakni ke-3, dimana saya jatuh hati pada perpaduan hiburan-humanisnya. Tentu setelah menonton seri ke-3 dan ke-2 saya tak ingin ketinggalan seri orisinilnya. Dan setelah saya tonton, ternyata secara supermantap saya ikrar Toy Story merupakan awal sebuah waralaba hebat dari Disney-Pixar. Seri ke-3, menyentuh. Seri ke-2, asyik. Seri ke-1, hangat. Kartun ini akan selalu mendapat tempat di jajaran CGI favorit saya. Salam, howdy Woody! [B+] 11/04/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar