Senin, 01 Oktober 2012

Resensi Film: Still Walking (2009)

Sinema drama Jepang masih agak asing bagi saya. Tak ada salahnya mencoba ketika ada teman yang merekomendasikan sebuah judul. Secara harfiah, berarti masih berjalan. Entahlah jika terdapat reduksi alih bahasa dari Jepang ke Inggris. Denting piano sederhana mengiringi jalinan kisah drama keluarga dalam film ini. Sederhana sekali, namun meneduhkan. Jangan salah kira jika kata “meneduhkan” yang saya pakai di sini seolah-olah tak ada konflik di dalamnya. Malahan, sejak awal film kita sudah bisa membaui konflik sederhana pada percakapan sehari-hari dalam kehidupan rumah tangga. Misalkan saja ketika kita sedang memasak bersama di dapur, makan malam bersama, dan sebagainya.

Satu keluarga berkumpul tatkala peringatan meninggalnya salah satu anggota keluarga. Tadinya mereka jarang berkomunikasi. Akrab satu sama lain pun tidak. Di sinilah penonton lalu mulai diajak menyaksikan rentetan friksi kecil yang cukup prinsipil. Ada seorang ayah semiotoriter yang “memaksakan” cita-cita anaknya, seorang ibu yang memendam aib keluarga, seorang anak yang pernah mendapat cap minggat, seorang menantu berlatar status janda dengan seorang putera yang masih belum bisa melepaskan sepenuhnya kerinduan terhadap ayah kandungnya, dll. Setelah saya beberkan beberapa posisi tokoh dalam film ini tersebut tentu Anda bisa menebak akan kemana arah dan jalan ceritanya.

Kesederhanaan bertutur diimbangi dengan kejujuran mencerminkan budaya dalam sebuah kehidupan keluarga Jepang dalam film ini membuat saya sedikit miris, haru, tapi bahagia berbalut manis. Betapa tidak, plot film ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita dalam berumah tangga. Saya pikir, karya-karya Asia memang “megang” istilahnya untuk ranah drama emosional berbasis keluarga. Kompleksitas budaya ketimuran di dalamnya semakin membuat warna tiap konflik kian dramatis. Inilah jenis film yang membuat saya akan betah berlama-lama mendiskusikan setelah menontonnya. Kalaupun tak ada teman yang bisa diajak berdiskusi, berdialog batin dengan diri sendiri pun sudah cukup. [B+] 01/10/12     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar