Sabtu, 27 Oktober 2012

Resensi Film: Boogie Nights (1997)


Anda doyan nonton bokep? Kalau iya, mungkin Boogie bisa dipertimbangkan buat ditonton. Namun masih ada syarat lain selain berhobi nonton film “unyil” supaya bisa menikmati film ini, yakni suka drama. Kalau Anda benci drama dan tidak sabaran, saya anjurkan untuk membuang jauh-jauh Boogie. Film ini membuat kita terisap dalam gurun pasir lika-liku emosi di balik roda industri film dewasa.

Kalau Anda familiar dengan karya strada P.T. Anderson, maka Boogie bukan menjadi suatu masalah. Ia hampir persis Magnolia, baik secara teknik penggarapan maupun jajaran nama pemerannya. Hanya saja di sini kurang meledak-ledak. Semua berjalan mulus. Seiring mulusnya jalan plot ini, malah membuat saya sedikit eneg karena durasinya terlampau menjenuhkan yakni 2,5 jam.

Saya pribadi memang memendam rasa penasaran tersendiri dengan hal-hal di balik pembuatan film esek-esek. Nah, Boogie merupakan paket lengkap kunci jawaban soal bagi saya. Ia membeberkan mulai dari hal-hal yang sangat awal semisal bagaimana seorang produser mencari “kuda-kuda liar”-nya. Hingga sampai pada taraf konflik dramatis semisal diskriminasi yang diterima oleh kalangan penggiat dunia hiburan haram ini.

Lewat tulisan ini, saya takkan memakai kacamata agama. Di atas tema yang dipilih, film ini memiliki kekuatan di mana mampu menjelaskan latar belakang “terjerumusnya” orang-orang itu ke dalam lembah lewat batas melalui kualitas akting yang rata-rata di atas rata-rata. Ketika menyaksikan adegan pengambilan gambar adegan intim, yang mana sepasang pemeran sedang “berolah raga” sambil dikerubuti kru teknis, pun sempat membuat saya clegukan. Saya bilang, Boogie cukup terbilang sopanlah. Pesan saya, hati-hati dengan bingkai terakhir adegan film karena akan ada beberapa (tipe) penonton yang bisa terkejutkan olehnya. [B] 26/10/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar