Anda
doyan nonton bokep? Kalau iya, mungkin Boogie
bisa dipertimbangkan buat
ditonton. Namun masih ada syarat lain selain berhobi nonton film
“unyil” supaya bisa menikmati film ini, yakni suka drama. Kalau
Anda benci drama dan tidak sabaran, saya anjurkan untuk membuang
jauh-jauh Boogie.
Film ini membuat kita terisap dalam gurun pasir lika-liku emosi di
balik roda industri film dewasa.
Kalau
Anda familiar dengan karya strada P.T. Anderson, maka Boogie
bukan menjadi suatu masalah. Ia hampir persis Magnolia,
baik secara teknik penggarapan maupun jajaran nama pemerannya. Hanya
saja di sini kurang meledak-ledak. Semua berjalan mulus. Seiring
mulusnya jalan plot ini, malah membuat saya sedikit eneg karena
durasinya terlampau menjenuhkan yakni 2,5 jam.
Saya
pribadi memang memendam rasa penasaran tersendiri dengan hal-hal di
balik pembuatan film esek-esek. Nah, Boogie
merupakan paket lengkap kunci
jawaban soal bagi saya. Ia membeberkan mulai dari hal-hal yang sangat
awal semisal bagaimana seorang produser mencari “kuda-kuda
liar”-nya. Hingga sampai pada taraf konflik dramatis semisal
diskriminasi yang diterima oleh kalangan penggiat dunia hiburan haram
ini.
Lewat
tulisan ini, saya takkan memakai kacamata agama. Di atas tema yang
dipilih, film ini memiliki kekuatan di mana mampu menjelaskan latar
belakang “terjerumusnya” orang-orang itu ke dalam lembah lewat
batas melalui kualitas akting yang rata-rata di atas rata-rata.
Ketika menyaksikan adegan pengambilan gambar adegan intim, yang mana
sepasang pemeran sedang “berolah raga” sambil dikerubuti kru
teknis, pun sempat membuat saya clegukan. Saya bilang, Boogie
cukup terbilang sopanlah.
Pesan saya, hati-hati dengan bingkai terakhir adegan film karena akan
ada beberapa (tipe) penonton yang bisa terkejutkan olehnya. [B]
26/10/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar