Dalam
pembuka film, seorang narator mengoceh percaya diri menjelaskan
ide-idenya tentang kebetulan demi kebetulan dan kejadian cukup
mengerikan. Saya belum bisa menangkap apapun itu hingga tibalah pada
kisah-kisah di luar narasi verbal. Saya bilang “kisah-kisah” di
sini karena Magnolia
merupakan film multiplot. Tak cukup hanya dua atau tiga cerita
paralel, namun lebih dari 5 plot. Saya takkan menghitungnya. Pokoknya
lumayan banyak untuk sebuah ukuran film drama lepas. Sadisnya lagi,
semua itu berlangsung selama 3 jam lebih. Saya pikir film drama
nonkolosal berdurasi segini panjang sangat bisa dihitung jari. Dan
Magnolia
ini bukan film kolosal. Ia bukan The
Godfather: Trilogy, Titanic,
dan sejenisnya.
Lalu,
tentang apakah Magnolia
gerangan? Secara keseluruhan, fragmen-fragmen yang ada di dalamnya
berkeinginan menyatukan sebuah ide utama yakni peristiwa berbasis
kebetulan, persimpangan, dan kesempatan. Drama-drama di dalamnya
berlatar dari pelbagai perspektif. Misal, ada dua jenius program kuis
TV dari dua generasi yang berbeda. Dikisahkan bagaimana mereka berdua
disudutkan pada posisi dalam skala popularitas yang memaksa mereka
untuk selalu maju dan menjadi nomor satu. Lainnya, ada pengakuan dari
2 pria paro baya yang mengejutkan tentang masa lalunya. Dan masih
banyak lagi parade drama kegalauan hidup yang sedang dihadapi
masing-masing karakter dalam Magnolia.
Lalu,
apa titik-titik istimewanya? Mari kita coba ungkap satu per satu: 1)
Akting. Sungguh luar biasa saya melihat pemeranan masing-masing
pemain. Awalnya memang sempat terkesan terlampau meledak-ledak namun
berangsur terkesan nyata. Di sini saya melihat Tom Cruise sangat
menikmati perannya sebagai motivator kejantanan pria; 2) Musik.
Sebenarnya tak ada iringan spesial dari komposer Jon Brion, namun
pilihan-pilihan lagu dari Aimee Mann tepatlah sasaran. Hingga ada
satu adegan di mana semua karakter bernyanyi lagu Wise
Up (It’s Not Going to Stop)-nya
Aimee Mann secara terpisah tanpa terkesan wagu
(aneh, tidak pas); 3) Skenario. Terpujilah naskah drama bertumpuk
ini, ketika mampu membangun bagian klimaksnya bertahan selama lebih
dari setengah jam di fase pertengahan film. Ketegangan menghenyakkan
tak saya terima memang, namun intensitas kegentingan satu adegan dan
adegan lainnya solid tercipta secara bersamaan dan susul-menyusul
berkesinambungan.
Inefektivitas
durasi pada Magnolia
tak mengurangi daya pikatnya untuk dinikmati secara marathon. Saya
tak segan memberi selamat kepada P.T. Anderson yang telah secara
diam-diam menghanyutkan sulap Magnolia
menjadi sebuah drama multisensasional dengan ide penutup cerita yang
cukup menggelikan sekaligus menyebalkan dalam bingkai ide berselera
humor tinggi ala karya novel. [B/A] 06/10/12
Film yg gw bilang salah 1 masterpiece-nya PTA,
BalasHapusensemble-nya dapet banget, dan konfliknya bikin ikut emosi juga....dan openingnya? wes