Melalui
gambar patah-patah, terganjal, dan orak-arik
itu saya menyaksikan bagaimana kawasan Chungking di Hongkong
berdenyut. Awalnya, saya tak tahu dan sadar kalau Chungking
merupakan sebuah nama area riil di Hongkong yang kumuh, banyak lonte,
narkoba, dan populasi India. Itu informasi dari teman saya lewat
sebuah pesan singkat. ‘Express’ di sini merupakan kios cepat
saji, khususnya berjualan makanan dan minuman ringan.
Di
salah satu kedai cepat saji di Chungking, ada dua kisah cinta rumit
yang dibeberkan secara cukup dominan monolog oleh Wong Kar Wai.
Jangan terkecoh dengan segala hingar-bingar aksi kejar-kejaran dan
bedil-bedilan
di awal durasi film. Tetap, kok.
Film Wong tetap film tentang cinta dan pemeluknya. Saya akui, saya
mulai menemukan titik jenuh karya Wong lewat film ini. Terlalu
kasual. Susah untuk dinikmati, sekalipun coba menikmatinya dengan
cara kasual pula. Hanya pesan film dan lagu-lagu pilihannya yang
tetap bisa saya tunggu-tunggu. Psssssttt, dengar, Wong sedang
berbicara dengan dirinya sendiri... [C] 01/07/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar