Senin, 01 Juli 2013

Resensi Film: Chungking Express (1994)


Melalui gambar patah-patah, terganjal, dan orak-arik itu saya menyaksikan bagaimana kawasan Chungking di Hongkong berdenyut. Awalnya, saya tak tahu dan sadar kalau Chungking merupakan sebuah nama area riil di Hongkong yang kumuh, banyak lonte, narkoba, dan populasi India. Itu informasi dari teman saya lewat sebuah pesan singkat. ‘Express’ di sini merupakan kios cepat saji, khususnya berjualan makanan dan minuman ringan.

Di salah satu kedai cepat saji di Chungking, ada dua kisah cinta rumit yang dibeberkan secara cukup dominan monolog oleh Wong Kar Wai. Jangan terkecoh dengan segala hingar-bingar aksi kejar-kejaran dan bedil-bedilan di awal durasi film. Tetap, kok. Film Wong tetap film tentang cinta dan pemeluknya. Saya akui, saya mulai menemukan titik jenuh karya Wong lewat film ini. Terlalu kasual. Susah untuk dinikmati, sekalipun coba menikmatinya dengan cara kasual pula. Hanya pesan film dan lagu-lagu pilihannya yang tetap bisa saya tunggu-tunggu. Psssssttt, dengar, Wong sedang berbicara dengan dirinya sendiri... [C] 01/07/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar