Selama
si Asus opname, saya kembali ke hati lama yakni IBM Thinkpad X31 yang
bandelnya minta ampun. Dalam artian positif, tentunya. Ketika saya
memakai ulang si Thinkpad, tiba-tiba saya teringat film Toy
Story, yang mana di situ
diceritakan bagaimana si tuan beranjak dewasa dan mainan lamanya yang
selama ini setia menemani lambat laun tercampakkan. Duh, spontan saja
saya sendu. Maaf ya, Thinkpad… Terima kasih telah setia menemani
saya selama ini.
Servis
I melahirkan harapan baru. Semoga tak ada lagi masalah atau kerewelan
yang muncul dari si Asus. Saatnya mengecas! Di persen belasan, arus
berjalan normal. Alhamdulillah. Masuk persen 20-an. Tiba-tiba…
Kekhawatiran terjawab sudah. Masalah yang sama tetap saja muncul.
Saya diam sebentar. Merasa prihatin. Ya, sudahlah… Awalnya, saya
mau pasrah saja. Kalau memang harus mengecas dalam keadaan netbuk
mati ya diterima-terimain ajah.
Setelah
mengalami beberapa saat pergulatan batin, mengenai akankah saya
memondokkan kembali si Asus atau tidak, akhirnya saya putuskan untuk
memeriksakannya kembali ke si dokter.
Servis
II
Kali ini, hanya
satu hari si Asus inap. Dan baru ketahuan kalau biang keladinya adalah BIOS (basic
input output system).
Begitulah kepanjangannya kalau tak keliru. BIOS ini memang perangkat
lunak yang paling dasar untuk sebuah komputer. Sebelum diisi OS pun dia
sudah tertanam.
Memutakhirkan
BIOS. Yah, itu saja solusinya. Kalau Anda cek di situs web resmi dan
mengecek seri BIOS, maka akan didapati seri terkini. Dan seri BIOS si
Asus yang saya pakai ini memang teridentifikasi bermasalah dalam hal pengecasan baterai. Makanya, terus si Induk menyediakan seri BIOS mutakhir/penyembuh.
Ampuuuuuuuuuun.
Ini sepele sekali, tapi butuh diagnosis yang tak sebentar. Belum lagi
ketika saya sempat mengunjungi pusat servisnya si Asus dibilang kalau
tidak (masih) charger-nya
ya motherboard-nya.
Mereka menambahi, bakalan lama kalau mau mondok di pusat servis resmi
si Asus. Aneh, problemnya sesimpel ini namun mereka belum bisa mendiagnosis
sejak awal. Apa si teknisi resmi si Asus (yang saya temui saat itu) belum baca/browse di web resmi Asus? Untung saja saya tak jadi memasukkan ke sana, meskipun bertajuk bengkel resmi. Bisa jadi servis kedua si Asus bakal mondok lebih lama kalau jadi dimasukin ke sana. Maka kembalilah saya ke dokter lama si Asus dari toko komputer tempat ia dijual.
Terima
kasih, Pak Dokter. Meski awalnya saya jengkel dengan standar layanan jual toko
tempat Anda bertugas, tapi saya mengapresiasi layanan purnajualnya.
Untuk
si Asus… Saya mengamini ulang peribahasa "ada uang, ada barang". Murah,
tetap ada konsekuensi minusnya.
ASUS
Eee PC 1025C,
Sip
untuk:
- Harganya yang terjangkau, ditilik dari spesifikasi yang ditawarkan.
- Ketahanan operasional tenaga baterai yang bisa dimaksimalkan hinga 12 jam, meskipun jenis baterai 6 sel-nya membuat keseluruhan netbuk jadi terasa agak berat.
- Ada garansi global. Entah apa aplikasinya akan benar-benar tidak merepotkan jika kita servis pas berada di luar negeri.
Pikir
ulang untuk:
- Stabilitas performa: kualitas audionya walaupun bertajuk HD (high definition) namun tetap saja bisa kita dengarkan distorsi/interupsi kecil sepersekian detik yang kerap muncul entah berapa menit sekali (tak mesti/rutin). Saya penasaran dengan hal ini, apa sebabnya? Thinkpad saya walaupun spesifikasi audionya biasa saja, tapi punya performanya yang lancar jaya.
- Bebas hang. Setelah BIOS dimutakhirkan tetap saja si Asus pernah alami pingsan dadakan (hang) padahal aplikasi komputasi yang saya jalankan saat itu sangat-sangat-sangat dasar.
Yah,
bagi saya si Asus layak dapat **1/2 dari skala ***** bintang.
[13/07/13]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar