Sabtu, 13 Juli 2013

Goresan: Balada Seorang Tuan Dikerjain Mainan Barunya dan Toko Penjualnya (3/Selesai)


Selama si Asus opname, saya kembali ke hati lama yakni IBM Thinkpad X31 yang bandelnya minta ampun. Dalam artian positif, tentunya. Ketika saya memakai ulang si Thinkpad, tiba-tiba saya teringat film Toy Story, yang mana di situ diceritakan bagaimana si tuan beranjak dewasa dan mainan lamanya yang selama ini setia menemani lambat laun tercampakkan. Duh, spontan saja saya sendu. Maaf ya, Thinkpad… Terima kasih telah setia menemani saya selama ini.

Servis I melahirkan harapan baru. Semoga tak ada lagi masalah atau kerewelan yang muncul dari si Asus. Saatnya mengecas! Di persen belasan, arus berjalan normal. Alhamdulillah. Masuk persen 20-an. Tiba-tiba… Kekhawatiran terjawab sudah. Masalah yang sama tetap saja muncul. Saya diam sebentar. Merasa prihatin. Ya, sudahlah… Awalnya, saya mau pasrah saja. Kalau memang harus mengecas dalam keadaan netbuk mati ya diterima-terimain ajah.

Setelah mengalami beberapa saat pergulatan batin, mengenai akankah saya memondokkan kembali si Asus atau tidak, akhirnya saya putuskan untuk memeriksakannya kembali ke si dokter.

Servis II
Kali ini, hanya satu hari si Asus inap. Dan baru ketahuan kalau biang keladinya adalah BIOS (basic input output system). Begitulah kepanjangannya kalau tak keliru. BIOS ini memang perangkat lunak yang paling dasar untuk sebuah komputer. Sebelum diisi OS pun dia sudah tertanam.

Memutakhirkan BIOS. Yah, itu saja solusinya. Kalau Anda cek di situs web resmi dan mengecek seri BIOS, maka akan didapati seri terkini. Dan seri BIOS si Asus yang saya pakai ini memang teridentifikasi bermasalah dalam hal pengecasan baterai. Makanya, terus si Induk menyediakan seri BIOS mutakhir/penyembuh.

Ampuuuuuuuuuun. Ini sepele sekali, tapi butuh diagnosis yang tak sebentar. Belum lagi ketika saya sempat mengunjungi pusat servisnya si Asus dibilang kalau tidak (masih) charger-nya ya motherboard-nya. Mereka menambahi, bakalan lama kalau mau mondok di pusat servis resmi si Asus. Aneh, problemnya sesimpel ini namun mereka belum bisa mendiagnosis sejak awal. Apa si teknisi resmi si Asus (yang saya temui saat itu) belum baca/browse di web resmi Asus? Untung saja saya tak jadi memasukkan ke sana, meskipun bertajuk bengkel resmi. Bisa jadi servis kedua si Asus bakal mondok lebih lama kalau jadi dimasukin ke sana. Maka kembalilah saya ke dokter lama si Asus dari toko komputer tempat ia dijual.

Terima kasih, Pak Dokter. Meski awalnya saya jengkel dengan standar layanan jual toko tempat Anda bertugas, tapi saya mengapresiasi layanan purnajualnya.

Untuk si Asus… Saya mengamini ulang peribahasa "ada uang, ada barang". Murah, tetap ada konsekuensi minusnya.

ASUS Eee PC 1025C,
Sip untuk:
  1. Harganya yang terjangkau, ditilik dari spesifikasi yang ditawarkan.
  2. Ketahanan operasional tenaga baterai yang bisa dimaksimalkan hinga 12 jam, meskipun jenis baterai 6 sel-nya membuat keseluruhan netbuk jadi terasa agak berat.
  3. Ada garansi global. Entah apa aplikasinya akan benar-benar tidak merepotkan jika kita servis pas berada di luar negeri.
Pikir ulang untuk:
  1. Stabilitas performa: kualitas audionya walaupun bertajuk HD (high definition) namun tetap saja bisa kita dengarkan distorsi/interupsi kecil sepersekian detik yang kerap muncul entah berapa menit sekali (tak mesti/rutin). Saya penasaran dengan hal ini, apa sebabnya? Thinkpad saya walaupun spesifikasi audionya biasa saja, tapi punya performanya yang lancar jaya.
  2. Bebas hang. Setelah BIOS dimutakhirkan tetap saja si Asus pernah alami pingsan dadakan (hang) padahal aplikasi komputasi yang saya jalankan saat itu sangat-sangat-sangat dasar.
Yah, bagi saya si Asus layak dapat **1/2 dari skala ***** bintang. [13/07/13]  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar