Tema komunisme (di
Indonesia) belum menunjukkan tanda-tanda pungkas dibahas. Lintas generasi,
ragam fakta dibeberkan lewat bermacam-macam cara dan media. Ada strada WNA
bernama Joshua Oppenheimer yang tanpa terusik coba menggelontorkan karya film
dokumenter tentang algojo terhadap banyak oknum yang dianggap pengikut PKI
(Partai Komunis Indonesia). Di belakang pembuatan film dokumenter, pasti ada
tujuan yang terkonsep secara matang. Saya pikir, Joshua telah memikirkannya
masak-masak.
Melalui kaca mata
ilmu sejarah. Apa yang ditawarkan oleh film ini merupakan upaya merekonstruksi
sejarah lewat sumber lisan. Sebuah metode yang tak sepele dan jamak dipakai oleh sejarawan, mengingat masih ada
cara pandang konservatif di dalam ilmu sejarah yang mempertahankan tingkat
otentisitas data lewat media tertulis. Baik, saya cukupkan dulu mengait-ngaitkan film
ini dengan ilmu sejarah. Lalu, yang ingin saya bahas berikutnya adalah seberapa
“kiri”-nya film ini saya pandang.
Saya cukup banyak menonton
karya film yang digadang-gadang sebagai produk kontroversial. Alih-alih saya
amini, malah seringnya saya tenggelam duluan oleh sugesti bombastis. Dan, ini
masih terjadi pada saya saat menonton film ini. Belakangan, saya mendengar
banyak info dan obrolan dari teman saya kalau film ini menemui banyak cekalan
dan rintangan pemutaran di beberapa wilayah NKRI. Saya malah belum sampai jauh
ke sana memikirkan sebab dan latar belakangnya. Yang saya cari-cari lewat film ini adalah, apa
kehebatan atau bahkan faktor keluarbiasaannya?
Saya akui, Joshua melahirkan sebuah
karya penting. Yang mampu beberkan dan bahkan memutarbalikkan pegangan banyak
pihak selama ini. Itu untuk cakupan sempit, katakanlah untuk warga NKRI. Namun, jika
ditarik ke level global maka akan kita jumpai maksud lain dari Joshua. Saya
hormati Joshua atas usahanya ini. Kendati begitu, tetap saja ada yang
mengganjal saya setelah menonton film ini. Mengapa tak ada efek signifikan yang
memengaruhi energi saya setelah menontonnya, ya? Pada akhirnya, bagi saya film
ini tentang dinamika menggali-gali pembenaran. Wacana fundamental bagi yang
berkeras hati membenar-benarkan diri. [B] 08/07/13
Anda katakan bahwa film ini adalah "Wacana fundamental bagi yang berkeras hati membenar-benarkan diri."
BalasHapusMembenar-benarkan diri bahwa mereka...?
Ini kok nggak jelas. Mau membenarkan bahwa apa?