Selasa, 08 Maret 2011

Resensi Film: The Next Three Days (2010)


Sejak Crash dan In the Valley of Elah saya bergumam bakal tak melewatkan satu pun film Paul Haggis. Seorang penulis dan sutradara berbakat. Banyak skenario gubahannya yang humanis. Sebutlah Casino Royale, pelopor seri 007 masuk kelas kompetisi penghargaan film. Hingga sebelum menonton film ini tetap Crash yang menyejarah dalam benak saya.

Kisah Days mengada-ada. Seorang suami rela berjuang mati-matian membebaskan isteri dari hukuman penjara atas dakwaan pembunuhan disengaja. Sungguh premis yang lemah. Terlebih di sini tanpa pengadegan sidang membuat Days sebagai pemaksa kehendak. Pokoknya penonton harus percaya seperti itu ceritanya. Paro awal film saya spontan lunglai, lemas karena salah satu strada saya membiarkan filmnya hancur.

Tapi bukan Haggis kalau tak memasukkan unsur-unsur rasa percaya, yakin, dan hal-hal imani lainnya. Suami yang diperankan oleh Russel Crowe sangat yakin bahwa si isteri tidak bersalah sekalipun dalam suatu kesempatan si isteri berucap mengakuinya. Perkara bersalah atau tidaknya si isteri tak jadi sorot utama. Militansi yang didorong keyakinan adalah inti plot Days.

Akting pas-pasan dan durasi karet membuat Days lumpuh. Belum lagi pola plot yang mirip Crash, terlalu Haggis-ish dan membuat kesan kontraproduktif. Aktual, kilas balik, kembali bertemu aktual, dan baru maju. Meski terkesan amburadul, Haggis masih menyisakan ruang mutu dalam karya ketiganya ini.

Sudut-sudut liar dalam kota difilmkan senyata mungkin lewat belakang dasbor mobil. Penggambaran atas polisi juga manusia lewat investigasi tak berkesudahan cukup melegakan. Thriller timing pengejarannya lumayan seru. Serta akhir yang menyenangkan, lewat eksekusi semua impas. Mmm… Belum saatnya saya membuang kartu anggota penggemar Haggis. [C+] 07/03/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar