Selasa, 08 Maret 2011

Resensi Musik: Radiohead - The King of Limbs (2011)


Di awal dekade kedua tahun 2000 ini Radiohead—band Inggris eksperimentalis—kembali mengeksplorasi khazanah musikalitas dalam King of Limbs. Mereka masih setia dengan produser musik-musik eksentrik, Nigel Godrich. Mengapa Radiohead saya sebut eksperimentalis? Jelas karena aktivitas mereka yang praktis ubah haluan secara signifikan sejak album Kid A. Album studio Radiohead ke-8 yang juga mengemas 8 lagu ini mengalir tanpa ikatan konseptual. Durasi 37 menit yang terbentang tak bisa secara tegas diklasifikasikan ke dalam genre-genre tertentu, khas Radiohead. Limbs masih dengan hobi simfoni Radiohead yang meraung-raung dalam balutan ritmik elektro. Pun tetap kurang artikulatif dalam senandungnya.

Bloom di awal album mengembang dengan denyut-denyut alarm penanda perjalanan Limbs bermula, Thom Yorke lantunkan seruan lembut menggema “Open your mouth, wide…” di dalam iringan detak perkusi tempo kereta api bergerak. Lewat lagu pembuka ini pasti kita bisa menerka mau dibawa ke mana Limbs. Ucapkan selamat tinggal sejenak kepada Pablo Honey sampai OK Computer sebelum melanjutkan ke Morning Mr. Magpie. Lagu kedua ini ingin cepat-cepat saya lewati. Lega akhirnya bisa sampai ke pemberhentian ketiga, Little by Little, yang menyuguhi kita alunan gamelan. Tunggu masuk ke alam Feral di urutan ke-4…

Woah! Ini baru sodokan awal Limbs. Di sini Yorke seperti (maunya) coba main-main falsetto, tapi tidak jadi. Lantas dijadikan irama beatbox impulsif. Saya selalu salut terhadap ilham nada-nada kontemplatif kreasi Yorke. Beberapa bagian yang dulu pernah ia pekikkan dalam Kid A sempat membuat saya merinding. Single pertama Limbs yang berjudul Lotus Flower ada di urutan ke-5. Yang satu ini lebih terkenal video klipnya. Dalam video Yorke berjoget bebas ikuti denyut emosi. Seperti kita joget-joget ngedan-lepas kala di toilet atau di kamar tidur. Entah mengekspresikan suasana hati atau sekadar ikuti ritme musik. Tadinya saya berharap terkandung lirik filosofis atas bunga lotus dalam lagu ini tapi ternyata tidak. Kecele.

Permata album Limbs ada pada Codex. Denting piano “mengheningkan cipta” iringi Yorke dalam melagukan lirik pengobat sakit hati. Irama terompet sayup di dalamnya menambah khidmat suasana. Kangen mendengar Radiohead tampil sederhana seperti ini lagi. Beralih ke lagu berikutnya, Give Up the Ghost, juga masih sederhana. Sebuah lagu yang bagi saya motif lain penyata dari “It’s all in your arms”.

Hingga pada akhirnya kita sampai pada pengujung, Separator, yang santai dan menggugah. Di sini kalimat retorik Radiohead muncul, “If you think this is over, then you’re wrong.” Semoga saja tidak sebatas syair lagu. Saya harap Radiohead masih menjelajah. Apalagi yang bisa ditunggu-tunggu dan diharapkan penggemar terhadap seniman gacoannya. [B] 05/03/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar