Selasa, 22 Maret 2011

Resensi Film: Inception (2010)


Mimpi berlapis-lapis. Ngeri saya membayangkannya. Strada Christopher Nolan datang dengan ide liar yang hanya dia sendiri bisa mempertanggungjawabkannya. Di sini ada Cobb, seorang agen pencuri ide lewat mimpi seseorang, sedang berjuang memaafkan diri dari rasa bersalahnya atas kematian isteri tercinta dan berusaha kembali ke negeri asalnya di USA demi berkumpul kembali pada putera-puteri tersayang. Di sana ia jadi buronan karena dituduh membunuh isterinya. Agaknya tak perlu meributkan detail premisnya karena terasa lemah di sana-sini. Di Inception, Nolan lebih mementingkan imajinasinya yang membumbung tinggi dibanding motif drama.

Secara keseluruhan, Inception ibarat kawinan ala Armageddon (maaf, sebenarnya kurang pas) dan Matrix. Ada proses rekrutmen tim dan permainan alam mimpi. Bukan pula surealisme karena di sini mimpi menjadi pengacau pikiran. Dunia nyata bisa terasa bolak-balik. Mana yang nyata, mana yang mimpi? Disorientasi realita. Sebuah tim disewa pengusaha besar guna menanam ide kepada rival bisnisnya lewat media mimpi. Bagi Cobb, kesempatan ini menawarkan imbalan yang penting karena memungkinkan ia kembali bisa bertemu buah hati. Mulailah episode adaptasi, perencanaan, dan eksekusi.

Adegan aksi demi aksi dan tata artistik konstruksi alam mimpi membuat saya berdecak kagum. Betapa mimpi bisa dibuat seperti mainan macam bongkar pasang. Mimpi dalam mimpi dan bermimpi lagi digambarkan cukup bisa dipercaya nan meyakinkan, jadi pemirsanya pun bisa nikmati aksi sepanjang film. Padahal faktor kepercayaan inilah yang sangat susah dibangun oleh sebuah film visioner. Jelas, Inception jadi pemakalah seksi karena presentasinya luar biasa canggih dengan ide yang cukup orisinil. Silakan menontonnya dua, tiga kali, atau lebih supaya lebih bisa mendalami. Dijamin, interpretasi yang ada bisa tak sama. Walau Inception punya ending, namun bagi saya Nolan mengarsitekinya seperti labirin yang tak berujung. [B+] 21/03/11

1 komentar:

  1. Nolan seperti membiarkan lubang di mana-mana di setiap filmnya untuk diisi sendiri oleh penontonnya. Siapa sebenarnya pembunuh sang istri di Memento? Al Pacino sengaja atau tidak pas membunuh sahabatnya di Insomnia? Siapa Joker dan dari cerita yg mana sebenarnya lukanya?

    (just another die hard Nolan's fans :D )

    BalasHapus