Selasa, 21 Februari 2012

Resensi Film: Bad Education (2004)

Setelah The Skin I Live In, tak jauh-jauh saya masih menikmati karya Pedro Almodovar yang (lagi-lagi) berkutat ihwal identitas dan seks dalam selimut drama kriminal. Bad Education bercerita tentang seseorang pria yang masa lalunya mengalami salah asuhan di sekolah. Kenapa salah asuhan? Ya karena semasa masih mengenyam pendidikan dasar di seminari Katolik, ia “dikerjai” oleh gurunya dan ia menemukan cinta pertama nan terlarang. Langsung saja saya katakan, apa yang telah dialami si bocah yakni kasus pedofilia terselubung oleh seorang guru dan ia naksir dengan teman sesama jenis. Nah, semuanya itu nantinya akan terjalin dalam cerita utuh berkerangka sebuah labirin kriminalitas.

Yang saya bingungkan setelah menonton film adalah mengapa MPAA (lembaga penentu level usia di USA) memberi rating NC-17 terhadap film ini? Padahal sepanjang film tak ada adegan frontal seks dan organ-organ vital. Yah, terserah merekalah. Yang jelas dengan level NC-17 tentu saja jangkauan jumlah penontonnya akan lebih menciut. Satu-satunya yang bisa dipahami kenapa Bad Education dikasih rating NC-17 adalah karena materi filmnya yang “cukup” tabu dibicarakan karena terkait otoritas religi.

Baiklah, dibanding dengan karya terakhirnya The Skin I Live In, jelas Bad Education bukan pantaran. Alurnya tetap Almodovar banget yang ciamik dan jempolan dalam membedah cerita kilas lalu (flashback). Tapi yang menarik dalam film ini adalah sorotan pesan moralnya terhadap kaum termarjinalkan secara sosial. Film ini tak bercerita tentang segala kepedihan transgender, namun juga menampilkan porsi kewajaran seperti gagasan tentang anggota keluarga yang menyimpang tetaplah bagian dari keluarga. Di samping itu, film ini menegaskan lagi apa jadinya pendidikan jika pendidiknya tak kuasa menahan gairah bejat diri. [B] 19/02/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar