Senin, 17 Oktober 2011

Resensi Film: The Tree of Life (2011)

Sudah ada embel-embel tulisan Palm D’Or diapit sepasang tangkai gandum pada cover film ini. Pohon kehidupan, sebuah judul yang elegan penuh maknawi. Begitulah inti filmnya. Menjajal diskusi hal-hal tabu bagi kaum sekuler: Tuhan, hidup, mati. Sejenak kita akan membayangkan bagaimana kemasan sebuah film jika hendak memaparkan hal-hal bertema besar seperti itu. Sorot utama tersebut terang lebih mencuat ketimbang parameter sinematik lainnya dalam film berdurasi 2 jam lebih ini.

Dua aktor besar Hollywood: Brad Pitt dan Sean Penn bermain, tapi tak saling beradu akting. Tak ada adegan yang menuntut olah peran khusus, karena Tree lebih merupakan “produk” Discovery Channel berbalut drama intim. Sejak menit awal saya berani jamin bahwa tiap penonton Tree akan terpesona dan takjub dengan sinematografinya. Tercantik sepanjang saya menonton film! Indah dan membuai. Mungkin tak seluruhnya pujian dialamatkan kepada sinematografer, melainkan juga untuk divisi penyuntingan karena tak semua pengambilan gambar benar-benar baru. Co-paste gambar pun tersusun harmonis.

Sebuah film kontemplatif dalam sajian fotografis ber-caption. Begitulah cara saya menyebut film Tree. Sama sekali bukan film sandiwara. Di dalamnya kita akan disuguh monolog, gambar apik, musik klasik, seriosa ciamik, dan beberapa plot “bisu”. Saya menyebut bisu karena sangat kurang verbal dan cenderung artifisial. Kondisi ini membuat saya hampir kebosanan, untung saja fotografinya mumpuni. Sebagai sebuah produk film cerita, Tree benar-benar abnormal. Sebagian waktunya diisi dengan penjelasan asal-muasal terbentuknya bumi, padahal nantinya diisi dengan roman kehidupan keluarga.

Untuk ukuran karya eksperimen, Tree terobosan luar biasa dan fantastis. Untuk ukuran film cerita, ia agak membingungkan. Dahi saya sempat mengernyit. [A-] 16/10/11

1 komentar: