Senin, 24 Oktober 2011

Resensi Album: Coldplay - Mylo Xyloto (2011)


Kelar sudah penantian album gres dari band Inggris setelah 3 tahun jeda pasca-Viva La Vida. Coldplay merilis Mylo Xyloto dengan tanda tanya yang agak menggemaskan. Sepertinya saya harus membeli cd aslinya supaya bisa baca buklet dan tahu lebih lanjut apa sih mau mereka dengan judul album yang janggal dan konsep grafiti jalanan ala US ini.

Tanpa berpanjang-panjang membahas album ini, saya ingin menyampaikan kekecewaan saya pada album yang sempat oleh Chris Martin disebut-sebut (kemungkinan) berpeluang menjadi album terakhir Coldplay lantaran energi mereka telah terkuras habis untuk Mylo dan minder pada Adele atau Bibier (pengakuan hiperbolik-sarkastik yang aneh?). Empat belas lagu tak ada yang cukup membuat saya terkesima padahal saya sudah menanti-nantikan kejutan. Secara umum, tak ada lirik spesial. Standar dan pointless karena terlalu umum dan semu.

Konsep albumnya, hembusan perdamaian di tengah-tengah kekacauan dunia. Tapi tak manjur, melempem, malahan jatuh ke syair lembek. Musiknya? Ah… Martin dkk. terlalu hiperaksi dan berisik. Main di refrain, susunan tracklist kalem-sangar-kalem-sangar dengan selang-seling track-track bersambungan. Album ini cocok sekali buat setelan lagu kala berkendara dengan mobil. Tak perlu urus lirik, yang penting melodinya gampang dikenang. Apalagi disetel dengan mode surround. Pasti bakal meraung-raung dan atmosferik laiknya dalam stadion besar. Namun, lagi-lagi… (untuk ukuran Coldplay) liriknya payah. Satu-satunya idola saya malah mungkin (tak begitu yakin dan kuat) jatuh pada Princess of China yang mana ada Rihanna dalam lagu kisah cinta kelam itu. Sebagai catatan, ada U.F.O. yang dengan senang hati mengingatkan kesederhanaan khas mereka.

Sejak Mylo Xyloto, saya rasa Coldplay telah memapankan diri sebagai grup band pop. Tak masalah dan sah-sah saja dengan hal itu. Tapi bagi saya atau fans lain yang mengikuti perjalanan sejak awal karier mereka terang-terang harus rela kehilangan ruh muasal Coldplay. Yang mereka lakukan bagi saya bukan reinvention, melainkan following their disguised-passion. Bagi saya itu sebuah inkonsistensi dan pembiasan karakter dari sebuah band besar. Tapi yang terpenting, mereka masih mau jujur bahwa mereka suka dengan karya kreasinya. Tak memaksakan diri menghasilkan karya yang memuaskan fans lamanya. Sebuah situasi bak dua sisi mata uang. Tak ada lagi yang bisa diharapkan… Nikmati saja resep yang ada, tak usah banyak komplain. Itu cara terbaik menikmati Mylo Xyloto. [B-] 23/10/11

Tracklisting:

Mylo Xyloto
Hurts Like Heaven
Paradise
Charlie Brown
Us Against The World
M.M.I.X.
Every Teardrop Is A Waterfall
Major Minus
U.F.O.
Princess of China
Up In Flames
A Hopeful Transmission
Don't Let It Break Your Heart
Up With The Birds

Tidak ada komentar:

Posting Komentar