Satu film banyak kecupan bibir. Secara harfiah,
begitulah film ini adanya. Silakan saja hitung berapa kali sepasang bibir
mendarat di atas sepasang bibir lainnya di sini. Saya sebut, lewat olah plotnya
One Day sebagai satu drama
melodramatik berpola kaleidoskop dibingkai desain produksi cukup elegan. Namun
sayangnya tak diikuti dengan penggarapannya. Diadaptasi dari sebuah novel,
membuatnya terlihat semakin terbebani PR.
Kisah bermula ketika pada suatu dini hari (jelang
subuh) lepas acara pesta wisuda-perpisahan sekolah, sepasang sahabat
(cewek-cowok) tidur bersama. Mereka tak tahu betul apa dan bagaimana hubungan
mereka. Hanya sebagai karibkah atau lebih dari itu. Pada saat itu belum jelas.
Selang kejadian di hari itu, mereka masih berhubungan hingga sampai di
tahun-tahun berikutnya terpisahkan oleh jarak. Mereka menjalani takdir karier
dan cinta masing-masing. Namun entah mengapa, meski keduanya terpisahkan jarak selalu
saja masing-masing memikirkan satu sama lain dan merasa nyaman jika sedang
menjalin komunikasi walaupun hanya melalui karangan puisi dan cerita dari si
cewek atau sapaan via kabel telepon dari si cowok. Pertanyaannya, apakah mereka
bisa dan akan bersatu?
Saya akui, ini memang tipe naskah romantis memikat.
Terlebih yang menunggu-nunggu adegan haru-biru. Susah
mencari alasan untuk tak jatuh hati atau iba terhadap skenario jenis demikian.
Namun, apa yang terjadi dalam One Day
bagi saya agak kurang tertoleransi. Tragedi demi tragedi asmara silih berganti menyeruak. Saya hampir mau
mengalah untuk makluminya mengingat set waktu plot film ini membentang sekitar
20-an tahun. Pastilah banyak hal yang terjadi selama 20 tahun berjalan, bukan?
Yang membuat saya merasa kurang yakin dengan apa yang sedang ditonton adalah
pengenalan watak masing-masing karakter. Belum sampai kenal betul sudah
diberondong kejadian demi kejadian. Padahal kalau dilihat dari segi akting,
sudah bisa saya bilang pas.
Film ini mengingatkan saya pada Jude (dibintangi Kate Winslet) yang juga
tentang tragedi cinta. Bedanya, Jude
(strada: Michael Winterbottom) digarap secara art-house. Penyuntingan lebih terkesan kasar, kurang elegan, tapi mampu timbulkan benih pikatan
emosional ke para penontonnya. Dalam skala perbandingan tema sejenis, One Day juga mengenangkan kembali pada
dwilogi eksentrik Sunrise
(Before Sunrise dan Before Sunset) yang dibintangi Ethan
Hawke. Bagi saya jelas sekali jika film ini beda tipe. One Day lebih kress… tapi
kurang jlebh. [C+] 25/11/12
http://cinema69indo.blogspot.com/2014/06/one-day-2011.html
BalasHapusSaya juga suka film ini, kebetulan saya ada koleksinya, silahkan kunjungi blog saya :D
BalasHapusOne Day [ 2011 USA BrRip 1080p Zen Bud Audio English Subtitle English, Indonesia 1980 MB ]
http://bioskop21free.blogspot.com/2014/10/one-day-2011-usa-brrip-1080p-zen-bud.html
Koleksi juga: 500 Film Terbaik Sepanjang Masa