Selasa, 27 Desember 2011

Resensi Film: The Ides of March (2011)

Lewat film ini, semakin memantapkan bahwa aktor Ryan Gosling selektif memilih peran. The Ides of March bisa saja mengantar Gosling memakai atribut nomine aktor terbaik Oscar. Mimik memendam amarahnya kuat tercitra dalam film politik ini. Ia memerankan karakter tim manajer kampanye bakal calon presiden yang diajukan Partai Demokrat. Brilian dan potensial, itulah karakternya. Seperti jamak diketahui, politik adalah kekuasaan. Di sini, hasil berperan sebagai kartu as. Borok-borok politik di belakang layar jelas tak terkira jumlah dan parahnya.

Jangan sekali-kali hanya mengandalkan label “brilian dan potensial” di dunia politik. Itulah pelajaran yang disampaikan George Cloney yang lama-lama jadi Deddy Mizwar-nya Hollywood lewat film arahan terbarunya ini. Dunia politik adalah monster, ketika yang putih bisa menjadi hitam dan hitam bisa menjadi putih pada saat yang sama. Tak mengenal kawan, yang dikenal hanyalah. Secara konten, The Ides of March bolehlah… Ia menambah rentetan film pembeber aib kebusukan dunia politik. Namun masih ada sayangnya, ia bermain terlalu aman dengan tanpa menampilkan kebaruan sehingga menetaskan telur yang akan dikonsumsi, bukan telur eraman. [B] 26/12/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar