Senin, 26 Desember 2011

Resensi Film: Cars 2 (2011)

Ka-chaw! Tak terasa sudah bertahun-tahun sejak Disney+Pixar merilis Cars orisinil. Kala itu saya apatis dengan kartun berkarakter otomotif ini, menonton pun di luar masa edarnya alias lewat VCD. Menyesal karena baru tahu bahwa mutunya cukup terjamin, CGI hiburan berkonten kajian sosio-ekonomi. Lalu, sekarang bagaimana dengan nasib Lightning McQueen dkk dalam Cars 2?

Dibuka dengan adegan khas spionase klise. Karakter-karakternya belum pernah saya kenal sebelumnya. Mmm… kenapa jadi seperti ini gumam saya? Tunggu sampai ketemu karakter-karakter lama di babak selanjutnya, baru coba menebak-nebak kisahnya niat saya. Simpel, McQueen ditantang kembali oleh pembalap arogan asal Italia dalam rangkaian trek Grand Prix: Tokyo, Italia, dan London. Ada tiga menu utama dalam Cars 2: (1) pertandingan Grand Prix melawan si arogan; (2) friksi persahabatan McQueen; (3) isu konspirasi bisnis bahan bakar minyak.

Apa?! Konspirasi? Yah, inilah yang diangkat Cars 2 ketika dulu Cars 1 mengutarakan isu efek sosio-ekonomi terkait dibangunnya jalur-jalur tol. Saya terkadang tak habis pikir kepada Pixar dkk, kenapa mereka mengangkat isu-isu kritis ke dalam sebuah film konsumsi anak-anak. Ada banyak yang berhasil memolesnya sehingga laten, namun ada pula yang kasar polesannya. Nah, Cars 2 bagi saya tak canggih mengemasnya. Di samping polesan yang sintetis, Cars 2 kurang grengggg untuk skala Pixar.

Entahlah bagaimana nasib waralaba Cars selanjutnya, lewat suguhan seri kedua ini saya pikir Cars tersiksa menyusul sukses pencapaian Toy Story yang hat trick di ketiga serinya, bahkan seri teranyarnya sangat “bertaring”. Menonton Cars 2 sepertinya bak film layar lebar AADC yang diadaptasi ke versi sinetron tayangan RCTI, meski saya sendiri belum pernah utuh menonton serialnya. Tapi saya yakin, akan seperti itu sensasinya. Saya harap jemari Anda jangan jauh-jauh dari remote control TV. [C+] 25/12/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar