Saya
akui dulu, kalau sama sekali tak familiar dengan kemasyhuran kisah
The Wizard
of Oz.
Pokoknya mau nonton Oz
saja.
Magnet bagi saya antara lain nama besar si strada Sam Raimi dan
aktor-aktris kondang yang berperan di dalamnya. Singkat cerita, Oscar
(bernama panggil “Os” atau bisa juga “Oz”) merupakan seorang
pesulap keliling. Ia mengidolakan Houdini dan Thomas Edison,
sampai-sampai berangan mampu mengimitasi karier mereka. Namun ia
sadar, ia takkan bisa jauh sampai ke angannya itu. Ia yang dikenal
pula sebagai tukang tipu, perayu wanita, dan doyan berkata pedas ini
dalam suatu insiden terdampar ke sebuah alam antah-berantah yang
kebetulan bernama sama dengan nama panggilannya, Oz.
Lalu
ngapain ia
di sana? Ternyata, di Negeri Oz ia telah ditunggu-tunggu. Telah
tersebar luas di tengah masyarakat atas sebuah rumor-ramalan bahwa
akan datang seorang jagoan sihir yang bakal menciptakan perdamaian
Negeri Oz yang saat itu tengah dirundung perseteruan. Sebuah premis
khas dongeng anak-anak, bukan? Memang! Apalagi film ini
didistribusikan oleh Disney.
Selain
mata saya dimanjakan keindahan alam Oz interpretasi Sam Raimi dan
drama hiburan hitam-putih di awal film, tak ada yang membuat saya
kesengsem film ini. Sayang saja. Terlebih, saya cukup menyukai
beberapa karya Sam Raimi. Ada apa, Om Raimi? Untuk ukuran film
anak-anak, Oz
kemesuman
dan kurang ampuh mengajarkan pesan moral. Untuk ukuran film remaja ke
atas, Oz
kendur.
Sebuah masalah yang sama dihadapi oleh Alice
in Wonderland-nya
Tim Burton.
Inilah
Oz
yang tidak seagung dan seperkasa judulnya. [C] 22/06/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar