Satu kata, satu judul film,
satu nama-orang islami. Gampang tertebak pula bahwa film ini berdasarkan
kejadian nyata yang pernah dilalui sang juara dunia tinju kelas berat, Muhammad
Ali. Will Smith didapuk menjadi pemerannya. Harus diakui kalau akting Om Will
patut dihargai, meski saya sempat membatin “kok, badan Ali kurang gempal ya?”
Kegempalan body Ali sebenarnya tak
perlu saya bayang-banyangkan atau googling
karena di film ini sendiri ada kilasan adegan riilnya.
Si petinju legendaris
ini ternyata punya banyak koneksi rekan politik. Itu sesuatu hal baru yang ada
di pikiran saya sejak menonton Ali.
Maklum, karena saya belum pernah membaca biografi tentang Ali. Yang saya tahu,
ia seorang petinju berprestasi dan faktor x-nya adalah ia seorang muslim. Nah,
sekarang mari ditilik siapa stradanya. Wajar dan maklum jika Ali menjadi cukup begitu politis.
Stradanya saja si Michael Mann (The
Insider).
Saya cukup menghormati
Mann. Karya-karyanya sangat tipikal dia. Serius, intens, dan menghujam di
beberapa bagian. Lantas, akankah formula Mann bisa berbicara banyak lewat film
ini? Materi yang diangkat cukup bias. Belum lagi kita kenal karakter Ali secara
akrab, sudah langsung dicemplungi bumbu-bumbu politis. Jangan harap akan
melihat banyak adegan baku hantam dan jotos dari sarung tinju di atas ring
lewat film ini. Sungguh tak mendominasi. Tambahan lain, ini bukan film tipikal from zero to hero.
Tetap, bagi saya ini
sebuah film drama politis. Tak memenuhi harapan saya untuk mengenal lebih jauh siapakah
Ali. Plusnya, Michael Mann nyaris selalu konsisten berkarya apik dan khas.
Minusnya, saya bilang film ini terasa agak insignifikan dibanding karya-karya
Mann lainnya. [C/B] 24/06/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar