Senin, 24 Juni 2013

Resensi Film: Ali (2001)

Satu kata, satu judul film, satu nama-orang islami. Gampang tertebak pula bahwa film ini berdasarkan kejadian nyata yang pernah dilalui sang juara dunia tinju kelas berat, Muhammad Ali. Will Smith didapuk menjadi pemerannya. Harus diakui kalau akting Om Will patut dihargai, meski saya sempat membatin “kok, badan Ali kurang gempal ya?” Kegempalan body Ali sebenarnya tak perlu saya bayang-banyangkan atau googling karena di film ini sendiri ada kilasan adegan riilnya.

Si petinju legendaris ini ternyata punya banyak koneksi rekan politik. Itu sesuatu hal baru yang ada di pikiran saya sejak menonton Ali. Maklum, karena saya belum pernah membaca biografi tentang Ali. Yang saya tahu, ia seorang petinju berprestasi dan faktor x-nya adalah ia seorang muslim. Nah, sekarang mari ditilik siapa stradanya. Wajar dan maklum jika Ali menjadi cukup begitu politis. Stradanya saja si Michael Mann (The Insider).

Saya cukup menghormati Mann. Karya-karyanya sangat tipikal dia. Serius, intens, dan menghujam di beberapa bagian. Lantas, akankah formula Mann bisa berbicara banyak lewat film ini? Materi yang diangkat cukup bias. Belum lagi kita kenal karakter Ali secara akrab, sudah langsung dicemplungi bumbu-bumbu politis. Jangan harap akan melihat banyak adegan baku hantam dan jotos dari sarung tinju di atas ring lewat film ini. Sungguh tak mendominasi. Tambahan lain, ini bukan film tipikal from zero to hero.

Tetap, bagi saya ini sebuah film drama politis. Tak memenuhi harapan saya untuk mengenal lebih jauh siapakah Ali. Plusnya, Michael Mann nyaris selalu konsisten berkarya apik dan khas. Minusnya, saya bilang film ini terasa agak insignifikan dibanding karya-karya Mann lainnya. [C/B] 24/06/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar